MALANGTIMES - Di setiap kota-kota besar pasti ada banyak gedung-gedung bertingkat.
Setiap gedung bertingkat pasti memiliki saluran pembuangan air.
Baca Juga : Drone Taksi Pertama Buatan Start Up Anak Bangsa, Siap Jadi Transportasi Indonesia di Masa Depan
Nah, air yang mengalir dari ketinggian itu tentu memiliki energi.
Energi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh tim Al-Amin yang terdiri atas tiga mahasiswa Teknik Elektro Universitas Brawijaya (UB) Muhamad Syukri Abdul Jalil, Ariq Kusuma Wardana, dan Mochammad Muchlis Triwahyudi.
Mereka menciptakan alat bernama WAPO (Wasted Hydropower) yang merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air Buangan pada Gedung Bertingkat di bawah bimbingan dosen Ir. Teguh Utomo, MT.
"Muncul ide ini sebenarnya ketika saya melihat gedung-gedung bertingkat ada saluran pembuangan. Air yang mengalir dengan ketinggian yang tinggi pasti ada energi yang potensial daripada terbuang sia-sia," ujar ketua tim Al-Amin Muhamad Syukri Abdul Jalil.
Berkat penelitiannya itu, tim Al-Amin berhasil menjuarai Lomba Gagasan & Rancangan Kreatif (LoGrak) 2018 yang bertemakan “Internet of Thing (IoT) dan Renewable Energy Technolgy dalam Era Revolusi Industri 4.0” persembahan Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Politeknik Malang. Mereka meraih juara 1 pada tema Renewable Energy Technolgy.
Syukri menegaskan bahwa di gedung bertingkat air buangan biasanya dialirkan begitu saja ke saluran pembuangan akhir.
Nah, di alat WAPO, energi potensial yang ada di air buangan tersebut dikonversi menjadi energi listrik.
Caranya dengan menambahkan atau memberi sebuah kincir pada pipa saluran pembuangan.
Nah dari kincir tersebut energi potensial dari air buangan tersebut akan dikonversi menjadi energi mekanik, yang berupa putaran. Putaran tersebut akan memutar generator.
"Yang kami pakai ini generator DC sehingga dari generator tersebut output tegangannya atau daya listriknya bisa langsung disimpan ke media penyimpanan berupa aki atau baterai," imbuhnya.
Baca Juga : Riliv, Aplikasi Konseling dan Meditasi Online untuk Kamu yang Depresi
Untuk diketahui, perakitan alat ini bisa dibilang sangat cepat. Hanya butuh sekitar 2 hari saja.
Uniknya lagi, dalam menciptakan alat tersebut tim Al-Amin hanya cukup mengeluarkan biaya Rp 100 ribuan saja.
"Biaya yang dikeluarkan untuk prototipe ini sekitar 100 ribu-an. Jadi tidak mahal karena ada beberapa komponen yang kami sudah punya. Jadi kami membeli komponennya itu yang belum punya saja," ungkap Syukri.
Untuk komponennya sendiri, ada kincir air, generator DC, pipa untuk saluran pembuangannya, aki sebagai baterai atau media penyimpanan, MPPT atau maximum power point tracking untuk mentracking daya maksimum.
Tim Al-Amin sendiri menganalisisnya menggunakan menggunakan gedung yang ada di Jakarta dengan 7 lantai. Dari situ didapatkan daya sebesar 281,4 watt untuk satu alat ini.
Dengan daya sebesar itu alat ini bisa digunakan untuk beberapa ruangan yang ada di dalam gedung tersebut atau untuk jalan-jalan yang ada di samping atau sekitar gedung tersebut.
"Harapannya ke depan alat ini lebih disempurnakan lagi dan dilakukan pengujian agar siap di implementasikan ke masyarakat mengingat alat ini mendukung program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait energi terbarukan,” imbuh Muchlis.