MALANGTIMES - Warga Malang yang juga dikenal sebagai arek Malang (Arema) dikenal cinta damai dan kompak. Terbukti, kesigapan Forkopimda Kota Malang dan kekompakan warga kota dingin ini menuai apresiasi. Termasuk saat muncul gejolak-gejolak sosial politik yang merembet ke daerah.
Baca Juga : 10 Daerah Resmi Dapat Persetujuan Terapkan PSBB
Contohnya, saat warga setempat bersama Forkopimda Kota Malang berhasil mengatasi aksi "bela tauhid" pada tanggal 28 Oktober yang lalu. Apresiasi positif diberikan pemerintah pusat dan jajaran Forkopimda Provinsi Jawa Timur.
Hal tersebut disampaikan saat kegiatan rapat koordinasi keamanan dan ketertiban tingkat Jawa Timur, hari ini (6/11/2018) di Surabaya. Seperti diberitakan sebelumnya, sempat ada rencana penggalangan massa dari berbagai penjuru tanah air untuk berhimpun di Kota Malang.
Massa aksi rencananya bergerak secara bersamaan dari titik himpun di Masjid Agung Jami Kota Malang menuju Balaikota Malang. Mereka mengusung isu "bela tauhid" sebagai respons atas peristiwa pembakaran bendera di Garut, pada perayaan Hari Santri. Namun, pada akhirnya aksi itu dapat digagalkan.
Menghadapi ratusan massa yang berkumpul, jajaran pejabat turun langsung melakukan koordinasi dan meredam kegiatan tampa izin itu. Wali Kota Malang Sutiaji datang ke lokasi dengan didampingi Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko, Danrem 083/Baladhikaa Jaya Kol Inf Bagus Suryadi Tayo, Dandim 0833 Malang Letkol Inf Nurul Yakin, Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri.
Tak hanya pejabat, para pemuka agama dan tokoh masyarakat Kota Malang untuk memberikan pengertian secara langsung, menjadikan massa aksi kembali ke daerahnya masing masing. "Sebagai tuan rumah, mereka sudah disambut, dan dipersilahkan pula sholat subuh berjamaah," ujar Sutiaji saat menimpali atas dijadikannya pola penanganan aksi di Malang sebagai rujukan.
Baca Juga : Viral! Mobil Jenazah Terjebak Lumpur Usai Pemakaman Pasien Covid-19
"Namun untuk kegiatan aksi, karena tidak terkait dengan kota Malang yang sudah kondusif, lebih lebih hal itu (permasalahannya) telah diproses aparat, maka tidak bijak ditarik tarik ke daerah lain, makanya warga Malang menolak dan mempersilahkan aksi dibubarkan," tambah Sutiaji.
Seperti diutarakan Kapolda Jatim Irjen Pol Lucky Hermawan dan Pangdam V Brawijaya Mayjend Arif Rahman, pola penanganan yang berlangsung di Malang dapat dijadikan model. "Itu tidak lepas dari kekompakan elemen yang ada di daerah. Semuanya berkehendak untuk meredam dan menyadari aksi aksi massa berlebih sesungguhnya kontra produktif," ujar Pangdam Arif Rahman.
Sementara Kapolda Lucky Hermawan menambahkan, tradisi dan kegiatan cangkrukan antara Forpimda dengan tokoh masyarakat pada tiap-tiap daerah hingga lingkungan akan terus digalakkan. (*)