MALANGTIMES - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Kota Batu bakal diguyur hujan pada Minggu kedua atau ketiga dalam bulan November mendatang. Diperkirakan curah hujan cukup tinggi dengan status siaga.
Karena itu, daerah yang rawan akan bencana tanah longsor dan banjir harus waspada. “Kalau dari BMKG yang sudah mengeluarkan rilis itu, diperkirakan daerah Malang Raya diguyur hujan intensitas tinggi,” ungkap Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad Choirur Rochim.
Baca Juga : Ditemukan Sepatu, Kaus Kaki, Topi di Dekat Hilangnya Pendaki Gunung di Kota Batu
Diperkirakan hujan berkapaitas tinggi akan berlangsung selama empat bulan. Terhitung sejak November, Desember, Januari, hingga Februari. Dampaknya yang akan terjadi pada musim ini yang sering dialami Kota Batu adalah tanah longsor dan banjir.
Intensitas daerah yang rawan terjadi tanah longsor itu seperti di Kecamaran Bumiaji.byakni Desa Sumber Brantas, Desa Tulungrejo, Desa Gunungsari. Di Kecamatan Batu ada di Kelurahan Songgokerto, Desa Pesanggrahan, Kelurahan Temas. “Ancaman longsor timbul di area sepadan sungai, perbukitan, dan tebing. Dan memang tanag longsor yang para itu ada di Kecamatan Batu dan Bumiaji,” katanya saat ditemui di kantornya Balai Kota Among Tani.
Lalu daerah yang rawan akan banjir dan jadi langganan itu seperti di Kecamatan Junrejo ada di Desa Torongrejo. Untuk Kecamatan Batu ada di Kelurahan Sisir. “Banjir ini terjadi rata-rata karena faktor penyempitan aliran sungai dan kesalahan teknis hingga disebabkan saluran yang kecil dipenuhi dengan sampah sehingga air menggenang,” ujar Rochim, Jumat (2/11/2018).
Untuk mengantisipasi adanya bencana itu, beberapa cara dilakukan. Antara lain memasang bronjong untuk mengantisipasi adanya tanah longsor di beberapa titik yang rawan. Lalu melakukan monitoring dan pemantauan dengan personel piket BPBD Kota Batu dan relawan.
Baca Juga : Lari seperti Kesurupan, Pendaki Hilang di Gunung Buthak Panderman Batu
“Hingga kami memberikan edukasi melalui sosialisasi kepada masyarkat di setiap desa. Dan sejak November ini menambah kekuatan piket jika hari biasang haya 6 orang.bkini ditambah dioptimalkan menjadi 10 orang yang akan berjaga selama 24 jam,” imbuhnya.
“Akan tetapi angka bencana di Kota Batu mengalami tren penurunan. Hal ini dikarenakan adanya sebuah komunitas yang setiap minggunya ikut membersihkan sampah di bantaran sungai. Itu sangat membantu untuk menghindari adanya bencana,” tutup Rochim. (*)