MALANGTIMES - Gusar tingkat dewa. Begitulah yang dirasakan oleh VOC Belanda terhadap Surawiroaji atau yang lebih dikenal dengan nama Untung Suropati (lahir di Bali 1660 dan meninggal dunia di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, 5 Desember 1706).
Pasalnya, Surawiroaji kecil yang dibeli oleh Kapten van Baber dari penjual budak Makasar serta dibesarkannya ternyata setelah menginjak remaja melakukan hal yang membuatnya marah besar. Surawiroaji pun dihukum penjara dan disiksa habis-habisan saat di dalam sel.
Baca Juga : Berawal dari Bantu Orang Tua, Warga Malang Jadi Jawara dalam Ajang Bromo Cooking Challenge
Perlakuan VOC tersebut membuat Surawiroaji muda mendendam Belanda. Setelah lolos dari penjara, di usia 20 tahun, Surawiroaji kerap membuat onar dan kerusuhan di berbagai wilayah Batavia. Aparat VOC menjadi sasaran serangannya dan dia selalu beruntung lolos dari kejaran musuh.
Saat tertangkap pun, tahun 1683, Surawiroaji bukannya dihukum dengan ulahnya yang membuat Belanda geram. Dia malah diangkat menjadi militer VOC dan diberi pangkat letnan. Dari buku Uka Tjandrasasmita berjudul Sejarah Jakarta dari Zaman Prasejarah sampai Batavia, tercatat setelah VOC menyerang Kesultanan Banten serta berhasil memenjarakan Sultan Ageng Tirtayasa sampai meninggal, putranya, Pangeran Purbaya, berhasil meloloskan diri ke Gunung Gede. Purbaya bersedia menyerah kalau dijemput oleh perwira VOC dari kalangan pribumi.
Dalam peristiwa yang sama, Surawiroaji yang tertangkap karena perbuatannya akhirnya yang dipilih oleh VOC sebagai penjemput Purbaya. Keberuntungan kembali memayungi Surawiroaji.
Keberuntungan yang menaungi Surawiroaji sudah dirasakan oleh Kapten Moor yang membelinya dari van Baber, tahun 1670. Setelah membeli bocah laki-laki itu, karier militernya melesat cepat. Dari kapten menjadi mayor lantas diangkat sebagai anggota Dewan Hindia (Raad van Indie) alias dewan penasihat gubernur jenderal. Kekayaannya pun meningkat pesat dengan keberadaan Surawiroaji. Dari situlah, Moor sering memanggil Surowiroaji dengan nama Untung.
Sedangkan nama Surapati berasal dari nama anak angkat sultan Cirebon yang bertabiat angkuh. Raden Surapati mencegat Surawiroaji yang mengantar istri Purbaya bernama Raden Ayu Gusik Kusuma ke Mataram. Saat melewati Cirebon inilah, Surowiroaji dicegat Surapati sampai terjadi pertempuran. Untungnya sultan datang dan melerainya serta memutuskan Surapati bersalah atas sikapnya yang telah mencermarkan hubungan baik Cirebon dan Mataram. Surapati dihukum mati dan namanya diberikan kepada Surowiroaji. Maka lengkaplah namanya menjadi Untung Suropati.
Lantas, apa yang membuat VOC Belanda begitu murka kepada Untung Surapati sampai-sampai setelah tewas pun, Belanda terus mencari kuburannya? Untung sendiri tewas di bulan September 1706 dalam pertempuran hebat melawan pasukan VOC yang dibantu Kartasura, Madura dan Surabaya di bawah pimpinan Mayor Goovert Knole.
Kuburan Untung ditemukan oleh Herman de Wilde tahun 1707 saat Belanda mengejar Amangkurat III. Setelah itu, dibongkarlah kuburan Untung yang saat sekarat berpesan kepada para putranya untuk dirahasiakan. Bahkan kuburan Untung dibuat rata dengan tanah. Setelah menemukan jasad Untung, maka dibakarlah sampai menjadi debu. Dan, debunya dibuang ke laut.
Baca Juga : Brutal, Prajurit Congkel Mata dan Potong Jemari Putra Madura
Beberapa catatan menuliskan, kejengkelan VOC terhadap Untung, selain kerap membuat keonaran dan korban banyak berjatuhan dari pihak Belanda, aksinya terus dilakukan. Saat menjemput Purbaya pun, Untung dan pasukannya yang melihat kelakuan kasar Belanda kepada tahanan tidak bisa menerima perlakuan pasukan yang dipimpin oleh Vaandrig Kuffeler. Terjadilah pertempuran, Kuffeler dan anak buahnya dibantai. Tidak kurang 20 orang Belanda tewas dalam pertikaian itu.
Belanda yang telah mengampuni Untung dan mengangkat dirinya menjadi militer VOC berpangkat letnan marah besar karena ternyata Untung malah membelot serta membantai pasukannya. Berbagai perburuan atas Untung pun dilakukan pasukan Belanda. Sayangnya, keberuntungan demi keberuntungan selalu memayungi Untung dalam setiap pertempuran.
Bahkan, Kapten Francois Tack, perwira senior VOC yang pernah terlibat dalam penumpasan gerakan Trunojoyo dan penaklukan Kesultanan Banten, pun tewas di tangan Untung Surapati. Tack yang memimpin 200 serdadu untuk menangkap Untung yang berada di Kartasura, 1686, tewas bersama 79 pasukannya.
Belanda semakin memuncak kegeramannya dan akhirnya mengirimkan armada perang lengkap dan dibantu Kartasura, Madura dan Surabaya yang mendukung VOC. Dalam pertempuran itu Untung Surapati yang telah bergelar Adipati Aria Wiranegara terluka parah. Untung meninggal dalam pelariannya. (*)