MALANGTIMES - Para petani di Kabupaten Malang masih mengeluhkan susahnya memperoleh pupuk. Padahal, pupuk menjadi salah satu komoditas penting untuk memperoleh hasil panen yang lebih maksimal.
Baca Juga : Pandemi Covid-19, Revitalisasi Pasar Bunulrejo Dibatalkan
Menanggapi itu, Bupati Malang Dr H Rendra Kresna menyampaikan bahwa pupuk merupakan permasalahan klasik yang masih menjadi hantu bagi petani. Salah satu penyebabnya adalah belum terdaftarnya lahan kritis di pinggiran hutan yang sering ditanami dengan tanaman pangan.
Alhasil, jatah pupuk yang semestinya diberikan kepada lahan yang telah terdaftar terkadang berkurang untuk lahan kritis di pinggiran hutan. Hal itu menjadi dilema karena jumlah lahan kritis di bumi Arema ini tidak sedikit, mencapai puluhan hektare.
"Lahan kritis sekali dua kali ditanam tanpa pupuk masih bisa. Tapi lama-lama sudah pasti kebutuhan pupuknya sama dengan lahan umumnya," kata Rendra belum lama ini.
Bupati pun menyarankan agar dinas terkait melakukan koordinasi dengan Perhutani. Sehingga bisa dilakukan pendataan ulang dan tidak berbuntut pada kekurangan pupuk. Ketika lahan kritis dimasukkan dalam daftar rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi, dia optimistis petani tidak akan lagi mengeluhkan susahnya akses memperoleh pupuk.
Baca Juga : Jamin Nasib Tenaga Kerja, Disnaker-PMTSP Kota Malang Ajukan Skema Jaring Sosial
Rendra juga berharap, koordinasi tersebut segera dilaksanakan agar pasokan pupuk bersubsidi berikutnya dapat ditambah. Sebab, tak jarang petani kekurangan pupuk di saat-saat genting. Sehingga, hasil panen pun berpengaruh dan merugikan petani itu sendiri.
"Saya sangat mendorong agar pemerintah pusat tidak mengurangi jatah pupuk subsidi. Agar petani tetap tenang saat memproduksi hasil pangan," pungkasnya. (*)