Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Sarat Makna, Film Uru-Uru Hantarkan Pelajar Kota Batu Jadi Juara FLS2N 2018

Penulis : Irsya Richa - Editor : Lazuardi Firdaus

04 - Sep - 2018, 22:43

Hanny Aulia Ningtyas (kiri) dan Nadia Bunga (kiri) menunjukkan piala dan hadiah FLS2N di perpustakaan SMKN 3 Kota Batu, Selasa (4/9/2018). (Foto: Irsya Richa/ BatuTIMES)
Hanny Aulia Ningtyas (kiri) dan Nadia Bunga (kiri) menunjukkan piala dan hadiah FLS2N di perpustakaan SMKN 3 Kota Batu, Selasa (4/9/2018). (Foto: Irsya Richa/ BatuTIMES)

MALANGTIMES - Film Uru-Uru (timang-timang) jadi film pendek terbaik di Indonesia dalam ajang tahunan Festival Lomba Seni Siswa (FLS2N) 2018. Film yang meraih juara I tingkat nasional itu merupakan karya dari pelajar SMKN 3 Kota Batu kelas XII Broadcasting.

Baca Juga : Tak Mau Seperti Menara Gading, UIN Malang Aktif Membantu Masyarakat Terdampak Covid-19

Film Uru-Uru dibuat oleh Hanny Aulia Ningtyas sebagai produser, Nadia Bunga sebagai sutradara, Fitra Kurniawan sebagai cameraman, Allisya Damayanti sebagai penata artistik, Kevin Dio Achmad sebagai penata suara, Rio Reza Setyawan sebagai lightman, dan Nurrohmat Adi sebagai editor.

Sebelumnya tim ini terlebih dahulu mengirimkan karya berdurasi 9 menit 59 detik di seleksi tingkat I sebelum 20 Juni. Kemudian pengumuman pemenang diumumkan pada 9 Juli 2018 lalu. 

“Setelah diumumkan juara I, langsung lanjut pengumuman di tingkat nasional yang digelar pada 31 Agustus 2018 lalu di Gor Harapan Bangsa Banda Aceh,” kata Hanny.

Sebagai juara I, ia berhasil mengalahkan karya pelajar 26 SMK di Indonesia. Film ini menceritakan lanjut Hanny, tentang Rara yang sewaktu kecil tinggal bersama neneknya. Yang pada saat itu Rara ditimang-timang sambil dinyanyikan tembang-tembang Jawa. 

Setelah nenek Rara meninggal, Rara kembali serumah dengan ibunya. Karena ibu Rara yang sibuk dengan pekerjaannya, Rara menjadi kesepian dan pergi melakukan hal negatif yakni ke tempat hiburan malam. 

“Kemudian Rara teringat dengan kenangan-kenangan dari neneknya, salah satu kenangan tersebut adalah buku yang bertuliskan huruf aksara jawa. Karena Rara yang rindu dengan neneknya, Rara mulai mempelajari dan berkonsultasi dengan gurunya,” ujarnya, Selasa (4/9/2018).

Hari demi hari Rara akhirnya belajar dan bisa mengenal aksara Jawa dan tembang-tembang Jawa yang mengandung pesan moral yang baik.

Tema ini dipilih setelah beberapa pilihan tema lainnya yang diambil. Namun setelah dirundingkan bersama akhirnya pemilihan tema uru-uru itu menjadi pilihan yang tepat. 

Baca Juga : Dampak Covid-19, Beasiswa LPDP ke Luar Negeri Ditunda Tahun Depan

“Sebab situasi saat ini jarang ada ketika anak kecil rewel diuru-uru. Dan setelah kami lakukan riset dan dikembangkan, kerinduan uru-uru dengan tembang Jawa mulai luntur,” ungkap perempuan 17 tahun ini.

Menurut Hanny, dipilihnya tema ini karena tema yang diangkat dari festival ini adalah memajukan pendidikan mewujudkan kebudayaan. Selain itu juga karena memang saat ini melakukan uru-uru kepada anak sambil menyanyikan lagu tembang Dhandhang Gulo itu mulai luntur di kalangan masyarakat, karena itulah Hanny mengangkatnya dalam film pendek tersebut.

“Dalam festival ini selain dilihat dari spesifikasi aspek tema dan ide, penilaian lainnya adalah aspek sinematografi, suara, lighting, dan sebagainya. Dan memang sejak awal pembuatan film ini khusus untuk lomba FLS2N,” imbuhnya saat ditemui di sekolahnya.

Ia menambahkan waktu penggarapan film ini memakan waktu selama 1,5 bulan lamanya pada bulan Maret hingga April 2018. Dengan pengambilan gambar di Dusun Junggo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji, Sanggar di Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu, dan rumah di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji.

Namun saat pengambilan gambar tentunya memiliki beberapa kendala. Seperti harus menghadapi talent anak-anak berusia 9 tahun yang rewel. “Lalu alat-alat saat berada di lokasi yang akhirnya mampu diatasi,” tambah anak ke 4 dari 5 bersaudara.

Biaya yang dikeluarkan untuk film ini totalnya kurang lebih Rp 14 juta. Ia pun berharap kedepannya juara nasional ini bisa dipertahankan oleh pelajar SMKN 3 Kota Batu. 

“Semoga adik kelas bisa mempertahankan juara ini di tahun depan. Karena Mempertahankan lebih susah,” harap warga Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji.


Topik

Pendidikan berita-batu Film-Uru-Uru-Hantarkan-Pelajar-Kota-Batu SMKN-3-Kota-Batu-kelas-XII-Broadcasting


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Irsya Richa

Editor

Lazuardi Firdaus