MALANGTIMES - Kitab Ingatan 20
*dd nana
1)
Matahari sore menyepuh dedaunan
warna tembaga meruam, serupa kilau ingatan
yang ingin tetap terlelap. Walau pada akhirnya akan menggeliat.
Langit sebentar lagi padam, sayang
membangunkan anak-anak rindu berparas tembaga.
Agustus yang kering telah mengajarkan ketabahan pada mereka.
Serupa dedaunan yang bersikeras tumbuh walau ditinggalkan penghujan
berwarna tembaga.
Serupa paras anak remaja bengal yang tak tunduk
pada segala titah. Pada segala doa penghindar mala.
Serupa rindu-mu, serupa rindu-mu.
Menembaga di cerita yang tak ingin dikisahkan.
2)
Lelaki itu melontarkan kerikil, riaknya mencipta lingkaran-lingkaran kecil.
Sayang hanya sekejap, hanya sekejap.
Di ingatan yang tak memiliki pantangan, tumbuh sulur dedaunan
menyangga lingkaran-lingkaran tenang di permukaan yang kau lihat sekejap.
Serupa rindu yang kerap tak diperlihatkan, tapi menancap kuat di dasar ingatan.
Tak sekejap, menetap, serupa kata abadi yang diolok-olok waktu.
"Ini bukan lagi cinta kanak-kanak, puan,".
3)
Aroma jeruk yang kau benamkan di tubuhku
meranggas tumbuh, melebat menaungi ingatan.
Sebelum waktu bersekongkol dengan musim kering
merontokkan dedaunan yang kerap aku kunyah saat gigil
menyergapku disetiap tikungan waktu.
Aroma jeruk mu menghangatkan
menguatkan kaki-kaki rindu yang semakin lesu.
Agustus, sungguh mengajariku arti ketabahan yang sunyi.
4)
Bahkan, untuk ciuman gegasmu
aku selalu mengingat jejak kopi pagi
yang memberiku jaga. Sebelum matahari membasuhnya lagi dengan