JATIMTIMES - Viral di media sosial, Politeknik Kota Malang (Poltekom) didemo oleh mahasiswanya sendiri akibat tak pernah ada aktivitas perkuliahan. Kampus yang berada di Jalan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang itu kini terlihat seperti bangunan terbengkalai.
Dari pantauan JatimTIMES di lapangan Selasa (21/11/2023), wartawan langsung disambut dengan banyak spanduk berwarna putih berjajar di depan gerbang pintu masuk. Spanduk tersebut berisi berbagai tuntutan dari mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan.
Baca Juga : Lewat Humaniora I-CAN, Humaniora UIN Malang Dorong Pengembangan Karier Internasional Mahasiswa dan Alumni
Spanduk-spanduk itu bertuliskan “Hak dosen aja gak terpenuhi, apalagi gak mahasiswa”
“Dimana Direktur dan Wakil Direktur ??? Gak butuh janji, butuhnya bukti”
“Terlalu sibuk berpolitik, sampai lupa ngurusi politeknik”
Salah satu mahasiswa Poltekom sekaligus Presiden BEM Poltekom, Mahbub Ubaidilah mengatakan bahwa pemasangan spanduk-spanduk tersebut merupakan bentuk keluhan dan keresahan dari mahasiswa yang selama ini merasa hak-hak mereka tak dipenuhi. Bahkan, mereka harus rela setiap hari dihubungi adik tingkatnya untuk ditanyai kejelasan tentang kampus yang terlihat sangat tak terawat tersebut.
“Kenapa ada pesan politik, karena jajaran dari yayasan itu kan mereka berpolitik semua, sampai lupa melihat kampusnya,” ujar Mahbub saat ditemui dilingkungan kampus Poltekom, Selasa (21/11/2023).
Mahasiswa Program Studi Teknik Mekatronika itu membeberkan bahwa sejak akhir 2022 lalu sampai saat ini aktivitas perkuliahan sudah tidak pernah berjalan. Bahkan, tidak ada satu perwakilan kampus atau karyawan yang datang.

Mirisnya, jumlah keseluruhan mahasiswa dari semua angkatan yang masih aktif, diperkirakan tak sampai 50 orang.
“Saya masuk tahun 2021, itu agak heran, karena cuma 10 orang satu angkatan. Padahal ekspektasi kami kan kalau kuliah itu kayak kampus lain, mahasiswanya ratusan, jadi banyak temannya,” ungkapnya.
Saat melihat kampus yang ia impikan akan menjadi tempat menempuh pendidikan ke depan, Mahbub justru sangat kaget dan terheran-heran. Karena kampus yang ia lihat seperti gedung berhantu.
Pandangan mata dari wartawan media ini, bangunan gedung sangat terbengkalai, lantai pecah, kanopi jebol, plafon berlubang, pintu dan lantai kotor, rumput liar bertumbuhan dan sangat rawan difungsikan untuk hal-hal negatif
“Seperti ini saja, di tahun 2023 masih menerima mahasiswa baru, itu jumlahnya 6 orang dan belum pernah melakukan aktivitas perkuliahan. Ini juga gak ada satpam, siapa saja mau masuk ya terserah disini,” beber Mahbub.
Bahkan yang membuat wartawan media ini bersedih, uang semester yang dibebankan pada setiap mahasiswa juga masih tetap berjalan dengan rekening atas nama Politeknik Kota Malang. Uang semester yang harus dibayarkan mahasiswa mencapai sekitar Rp3 juta hingga Rp7 juta.
“Selama ini kami masih tetap membayar uang semester secara rutin. Tapi setelah merasakan situasi seperti ini, gak tahu kelanjutannya apakah akan lanjut membayar atau tidak, kami juga khawatir dan takut,” ungkap Mahbub.
Baca Juga : Terealisasi 84 Persen, Pajak Daerah Kabupaten Malang Tembus Rp 401 Miliar
Selain itu, kata Mahbub dari sekitar kurang lebih 50 dosen yang dulunya aktif mengajar di kampus tersebut, kini hanya tersisa 5 dosen saja yang masih aktif. Namun hingga viralnya mahasiswa yang demo ini, dosen tersebut malah sudah tidak pernah lagi ke kampus, karena diketahui gaji mereka juga tidak dibayar sejak 3 tahun lalu.
“Miris memang, kadang saja kuliah, yang masuk satu saja sudah kayak bimbel,” keluh Mahbub.

Di sisi lain, Mahbub bersama rekan lainnya masih terus berjuang. Mereka berupaya untuk menemui sejumlah petinggi kampus Poltekom. Namun jawaban yang diberikan hanya 'sabar'.
“Kita hanya ingin kuliah tetap berjalan, Poltekom kembali seperti dulu. Kalau yayasan gak mau membiayai kampus, ya keluar saja,” kata Mahbub.
Bahkan, ada salah satu petinggi Poltekom yang namanya masuk dalam daftar yayasan sempat menjanjikan bahwa akan segera membereskan dan mengaktifkan perkuliahan. Namun hingga saat ini, Mahbub hingga hanya bisa geleng-geleng kepala.
“Ada yang bilang Agustus (2023) ini mau dibereskan semuanya. Tapi sampai saat ini ya begini kondisinya,” keluh Mahbub dengan senyum yang terkesan menyimpan banyak harapan.
Sebagai informasi, Poltekom sendiri memiliki empat program studi, yakni Teknik Mekatronika, Teknik Informatika, Teknik Telekomunikasi dan Kepariwisataan.
Kampus ini, dulunya dirikan oleh Pemkot Malang pada masa kepemimpinan Wali Kota Malang, Peni Suparto. Namun, dengan adanya aturan bahwa APBD pemerintah daerah tidak boleh digunakan untuk kepentingan instansi seperti politeknik, maka pengelolaan Poltekom diserahterimakan melalui yayasan.
Dari informasi yang diterima, permasalahan yang ada saat ini sudah terjadi sejak 2019 lalu atau saat adanya pergantian kepengurusan yayasan. Bahkan, BEM Poltekom telah mengeluarkan rekomendasi untuk mencari jalan pintas terhadap persoalan ini.
“Surat pengembalian ke Kemendikbud, merger dengan Polinema atau PSDKU dengan Pens. Itu rekom dari dosen, kita sampaikan ke yayasan. Tapi malah di marahi dan di tahan suratnya,” keluh Mahbub.
Hingga berita ini diturunkan, media ini masih mencari nama-nama petinggi yayasan kampus Poltekom untuk dimintai konfirmasi.