MALANGTIMES - Kemunculan nama Din Syamsuddin sebagai salah satu calon wakil presiden pendamping Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilplres 2019 memang banyak menjadi perbincangan hangat. Beberapa tokoh dan kelompok organisasi memberikan dukungan atas kabar tersebut.
Baca Juga : Ini Jawaban Ustaz Yusuf Mansur saat Ditanya Apakah Dukung Anies Baswedan Maju Pilpres 2024
Menanggapi itu, ketua majelis Ulama (MUI) periode 2005-2015 tersebut meminta agar kelompok yang memberi dukungan kepadanya untuk tidak terlalu banyak berharap. Namun, Din tidak mengelak bahwa dia senang menjadi salah satu nama yang dikaitkan sebagai calon wakil presiden (cawapres).
"Saya merasa tersanjung dikaitkan sebagai cawapres karena saya rasa itu manusiawi," katanya kepada wartawan usai menjadi keynote speaker dalam acara Muktamar XVIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang, Jumat (3/8/2018).
Mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini menyampaikan, dirinya memang merasa siap untuk terjun dalam dunia politik. Apalagi, dia memang memiliki pengalaman di dalamnya. Selain di politik, Din pernah menjadi pemimpin organisasi masyarakat (ormas) dengan jumlah besar.
Namun ia merasa jika pengalamannya itu belum cukup untuk menjadi cawapres lantaran menjadi wapres saat ini bukanlah hal mudah. Salah satu persyaratannya adalah berangkat dari dalam internal politik. Meskipun untuk menjadi pemilih dan yang dipilih itu adalah hak dari setiap warga negara. "Saya bukan orang partai politik. Dan yang bisa mencalonkan diri itu kan parpol," jelasnya lagi.
Baca Juga : Dewan Dorong Pemkot Malang Salurkan Bantuan Sembako bagi Warga Terdampak Covid-19
Selain itu, Din menilai menjadi pemimpin tidak dapat dipaksakan. Sebab, yang berhak memimpin adalah mereka yang memiliki kapasitas sebagai pemimpin. Sesuai dengan ajaran Islam, sosok yang tak cakap untuk memimpin hanya akan membuat negatif dsn semakin carut-marut.
Lebih jauh Din menyampaikan, selama ini dirinya sama sekali tak pernah melakukam komunikasi politik dengan Presiden Jokowi meski belum lama ini Jokowi bertandang ke pondok pesantren miliknya yang ada di Sumbawa.
"Di sana kami ada kesempatan berbincang dan salat jamaah bersama. Tapi sangat tidak etis jika berbicara sampai ke arah sana (cawapres). Sama sekali tak ada pembicaraan yang mengarah ke sana (cawapres)," imbuhnya. (*)