MALANGTIMES - Acara penghargaan yang digelar oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar kembali dipermasalahkan. Setelah istri almarhum pejuang HAM Munir, sikap keberatan dengan adanya penghargaan juga datang dari Gunawan Wiradi.
Sosok Gunawan dikenal sebagai reforma agraria. Dia lahir di Solo pada 28 Agustus 1932. Gunawan memperjuangkan reforma agraria sejak era Presiden Soekarno. Ia pun ditunjuk menguji Undang-Undang Pokok Agraria yang saat itu dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Baca Juga : Mengharukan, Anies Baswedan Kirimkan 'Surat Cinta' pada Tenaga Kesehatan
Nama Gunawan Wiradi masuk dalam daftar 18 tokoh yang diganjar penghargaan oleh Komite Nasional Penegak Konstitusi (KNPK). Lembaga yang diketuai Muhaimin Iskandar ini menggelar acara penghargaan di Gedung Joeang kawasan Jalan Menteng Raya Jakarta Pusat pada Rabu (1/8/2018).
Sayang, Gunawan menolak menerima penghargaan tersebut. Bila Suciwati tegas menyatakan tidak ingin suaminya, almarhum Munir, masuk dalam politisasi. inilah pernyataan sikap Gunawan Wiradi yang ramai beredar di grup WhatsApp.
Jawaban dan Pernyataan Sikap Gunawan Wiradi
Sehubungan dengan ramainya polemik pemberian penghargaan kemanusiaan yang diberikan kepada saya, oleh lembaga yang menyebut dirinya sebagai KNPK (Komite Nasional Penegak Konstitusi) dan berdasar rapat keluarga besar Yayasan Sajogyo Inti Utama, secara personal saya perlu menyampaikan beberapa hal terkait penghargaan tersebut:
Pertama, saya merasa tidak pantas dan tidak berani mewakili para penerima penghargaan yang telah almarhum di forum tersebut.
Kedua, penghargaan tersebut terkesan tergesa-gesa dan tidak berdasar pertimbangan khusus yang matang dalam memutuskan siapa saja yang layak mendapatkan penghargaan. Atas dasar apa dan pertimbangan apa, seorang tokoh mendapat penghargaan tersebut, sedangkan tokoh yang lainnya tidak. Sejak semula saya ragu dan mencium ada latar belakang politik dibalik penyelenggaran kegiatan penghargaan kemanusiaan. Mengingat salah seorang tokoh besar pejuang kemanusiaan sekaliber Gus Dur tidak masuk dalam penghargaan.
Ketiga, setelah saya cermati, secara kelembagaan, KNPK "Komite Nasional Penegak Konstitusi" ternyata tidak jelas dikelola oleh siapa dan untuk apa. Bahkan sejauh ini tidak memiliki track record dalam memberikan penghargaan perjuangan kemanusiaan.
Keempat, tidak mengurangi penghargaan saya terhadap niat untuk menghargai saya. Saya merasa dalam umur sekian ini, saya tidak ingin terlibat dalam polemik yang tidak perlu. Apalagi saya sendiri masih sedang dalam proses penyembuhan atau pemulihan dari sakit yang mendera beberapa waktu lalu.
Kelima, ini yang paling penting. Semangat yang melandasi pemikiran dan penjuangan saya selama ini adalah prinsip vokasional bukan profesional. Apa beda antara vokasional dengan profesional? Berbeda dengan semangat profesional yang hanya berfungsi sebagai tenaga bayaran, semangat spiritual vokasional adalah lahir dari cetusan hati nurani, yang memperlakukan ilmu pengetahuan tidak sebagai barang dagangan, melainkan merupakan sesuatu milik publik yang harus diamalkan.
Baca Juga : Blunder Jubir Jokowi Terkait Mudik, Warganet: Jangan Tambah Beban Presiden
Oleh karena itu, mengungkapkan pikiran-pikiran ilmiah, bukan diperlakukan sebagai dagangan tapi disebarkan dan diamalkan secara sukarela. Dengan demikian, pemikiran dan perjuangan yang saya lakukan hanya didedikasikan bagi kebaikan semua pihak tanpa ada kaitannya dengan kepentingan kelompok politik tertentu.
Bagi seorang vokasional, *saya tidak pernah merasa rendah diri meski harus berjalan kaki dan tidak naik mobil merci*. Itu bukan berarti tidak setuju dengan naik mobil merci, tapi yang lebih utama dan lebih penting dari itu adalah keteguhan dalam memegang prinsip dan nilai-nilai perjuangan.
Sebab, sekali lagi, bagi orang vokasional, kerja-kerja pemikiran dan kemanusiaan yang dilalukannya adalah semata-mata untuk kebaikan semua orang yang perlu diperjuangkan hak-hak dan nasibnya, tidak untuk memperoleh penghargaan tertentu, yang berpotensi menyakiti serta melukai pihak-pihak yang diperjuangkannya.
Hormat saya,
Gunawan Wiradi
Pernyataan Gunawan Wiradi ditulis pada Rabu (1/8/2018) di Jalan Malabar 22 Kota Bogor. Meski ramai dan menjadi perbincangan di grup WhatsApp, belum ada konfirmasi resmi dari Gunawan Wiradi. (*)