JATIMTIMES - Media sosial platform X (Twitter) tengah dihebohkan dengan potret pembawa berita di salah satu televisi nasional yang mengenakan syal Palestina saat membacakan berita. Salah satu akun yang mengunggah potret tersebut adalah @PolJokesID.
Akun tersebut mengapresiasi Anchor salah satu stasiun televisi nasional yang memakai syal Palestina. "Salute Solidaritas TV One ke Palestina," tulis pengunggah.
Baca Juga : Aktor Matthew Perry Meninggal, Kreator Friends hingga Seleb Berduka
Unggahan itu pun telah dilihat lebih dari 605 ribu pengguna dan disukai lebih dari 16,3 ribu pengguna X. Namun ada beberapa warganet yang menilai jika seharusnya media netral dengan memanasnya peperangan antara militan Hamas Palestina dengan Israel.
"Media harusnya netral sih," @_daniswa*****.
Meski begitu, banyak juga netizen yang mendukung penggunaan syal oleh pembawa berita di salah satu televisi nasional tersebut.
"Nah kebanyakan media tv kita kan ngga ada afiliasi sm global (kecuali CNN), harusnya mulai berani suarain kebenaran toh ngga ada yg bakal kecam juga dan pasti didukung penonton. Setuju kata mba Nana, media harus independen berpihak pada yg benar bukan netral seolah tutup mata," @saludos******.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya mengatakan jika apa yang dilakukan oleh anchor itu tidak dapat serta merta dikaitkan dengan pelanggaran kode etik jurnalistik. Pasalnya, pelanggaran etika jurnalistik tercermin dari karya jurnalistik, bukan simbol.
"Saya menilai, pelanggaran etik bisa diukur dari karya jurnalistik bukan dari simbol. Apakah karya jurnalistik yang disajikan sesuai dengan kode etik jurnalistik atau tidak?" katanya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (30/10/2023).
Baca Juga : Rekor, Sehari Si Jago Merah Bakar Hutan dan Lahan di 4 Titik Kota Batu
Dia pun menegaskan bahwa, sebuah karya jurnalistik dapat dikatakan melanggar etika jika ia tidak memenuhi unsur kode etik jurnalistik.
"Sementara dalam kasus tvOne tidak ada kaitan dengan karya jurnalistik tetapi hanya pemakaian syal presenter (bendera palestina bukan simbol keagamaan)," ujarnya.
Menurut Agung, setiap orang berhak mengekspresikan keberpihakannya terhadap kemanusiaan, termasuk jurnalis. Terlebih, gencarnya penyerangan yang dilakukan Israel terhadap Palestina beberapa pekan ini.
"Jadi keberpihakan seorang jurnalis dalam kemanusiaan tidak ada masalah tetapi konten berita harus berimbang, terverifikasi dll. Kecuali tvOne misalkan presenternya mengajak dalam narasi menyertakan personal naratif (opinion)," pungkasnya.