Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pemerintahan

Potong Leher, Pangkas 60 Persen Produksi Padi Petani Kabupaten Malang

Penulis : Dede Nana - Editor : Heryanto

28 - Jul - 2018, 08:45

Lahan sawah petani di Kepanjen yang diserang potong leher (Nana)
Lahan sawah petani di Kepanjen yang diserang potong leher (Nana)

MALANGTIMES – Belum reda keluhan petani cabai di Ngantang dikarenakan serangan virus Gemini. Kini, petani padi di beberapa wilayah di Kabupaten Malang sebagai lumbung beras, harus mengelus dada.

Pasalnya,  penyakit potong leher yang berasal dari jamur Pyricularia Oryzae, mulai menyerang beberapa lahan padi di Kabupaten Malang. Misalnya, di wilayah Kepanjen maupun di Singosari.

Baca Juga : Pemudik yang Terindikasi Covid-19 di Kabupaten Malang Bakal Dibawa ke Safe House

Serangan penyakit potong leher padi tidak bisa disepelekan. Dikarenakan serangan jamur ini mampu mengurangi hasil panen petani padi dari 60 – 70 persen, bahkan bisa menyebabkan gagal panen.

Seperti yang dialami salah satu petani padi di Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen bernama Sudarnadi.

Sudarnadi menyampaikan keluhannya saat panen padi miliknya, bahwa hampir sekitar 60 persen hasil panennya hilang dikarenakan penyakit potong leher.

“Ini hasil panen padi saya habis diserang potong leher,” keluhnya beberapa waktu lalu sambil melanjutkan, jika biasanya biasa panen 8 ton dalam lahan seluas satu hektar (ha) dengan jenis IR 64 .

“Gara-gara potong leher saya hanya bisa panen 3 ton saja. Biasanya bisa mengantongi hasil sekitar 36 juta, kini hanya dapat Rp 10 juta saja,” ujar Sudarnadi yang kebingungan untuk menangkal serangan potong leher yang melanda lahan sawahnya.

Budiar Anwar Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang pun menyampaikan, pihaknya telah mendengar adanya serangan potong leher padi tersebut. Bahkan, dirinya bersama tim telah melakukan pengecekan dalam beberapa hari ini di lapangan.

“Penyakit potong leher memang menyerang sawah para petani. Selain di Kepanjen, kita juga menemukannya di Singosari. Walaupun tidak banyak dan luas lahan diserang potong leher ini,” kata Budiar, Sabtu (28/7/2018) kepada MalangTIMES.

Kondisi tersebut, menurut Budiar yang terbilang baru menjabat sebagai Kadis TPHP, akan segera diupayakan solusinya. Sehingga penyakit potong leher atau juga disebut penyakit belah ketupat ini, tidak menyebar ke persawahan lainnya di wilayah Kabupaten Malang.

“Tentunya kita akan segera bertindak untuk melokalisir penyakit tersebut. Pada intinya potong leher ini memang habitatnya ada di tanaman padi. Kita akan segera melakukan tindakan dengan menggunakan cairan agen hayati produksi dari DTPHP,” ujar Budiar yang menegaskan sekali lagi adanya serangan potong leher sifatnya lokal. “Insya Allah dengan penanganan cepat tidak akan mengganggu stabilitas produksi beras di Kabupaten Malang tahun ini,” imbuhnya.

Baca Juga : Persiapan Capai 90 Persen, Rusunawa ASN Siap Jadi Ruang Isolasi Pasien Covid-19

Seperti diketahui, penyakit patah leher menyerang dari fase vegetative sampai generatif. Saat fase vegetatif terlihat gejala pada daun berupa bintik kecil menyerupai belah ketupat berwarna kuning dan keunguan pada bagian tengah bintik.

Karena bentuknya tersebut, penyakit ini juga disebut penyakit belah ketupat. Apabila tidak ditangani secara cepat dan petani masih mempergunakan pupuk cair kimia dalam penyemprotan, maka bercak tersebut akan semakin membesar.

Kalau sudah memasuki fase generatif pangkal malai membusuk dan mudah patah. Karena posisi patahan dipangkal malai sehingga disebutlah patah leher.

Budiar menyampaikan, salah satu faktor penyakit ini mudah berkembang dikarenakan kelembaban serta jarak tanam padi yang terlalu rapat. Dimana jamur berkembang secara optimum pada suhu 24-28 derajat celcius.

“Karenanya agar tidak diserang potong leher ini, penggunaan pupuk nitrogen harus disesuaikan cara pakainya. Atau pakai saja pupuk organik, seperti agen hayati yang berasal dari materi makhluk hidup yang diproses sedemikian rupa di laboratorium untuk mengendalikan atau melawan potong leher,” urainya.

Selain penggunaan pupuk organik, Budiar juga menyarankan kebersihan lahan dari gulma serta pola tanam jajar legowo. “Jangan sampai menunggu fase generative. Dimana leher malai sudah berubah menjadi kehitaman dan patah,” pungkasnya.

 


Topik

Pemerintahan keluhan-petani-cabai petani-padi-Kabupaten-Malang penyakit-potong-leher


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Dede Nana

Editor

Heryanto