JATIMTIMES - Tragedi Kanjuruhan yang menelan korban jiwa 135 orang tidak luput dari pehatian kalangan kampus. Gallery SAC Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya salah satunya menggelar pameran seni mengangkat tema Tragedi Kanjuruhan.
Pameran ini untuk memperingati satu tahun Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu. Pameran telah berlangsung pada 25-29 September 2023.
Baca Juga : Kuliah Umum Kolaborasi IAT dan PSIS, WR I UIN Malang Sampaikan 3 Distingsi Kampus Ulul Albab
Beragam karya seni dipamerkan pada momen yang mengusung tema Menolak Lupa Menuju Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan. “Mengapa akhirnya kita buat bentuknya pameran, karena supaya lebih mudah diakses oleh publik dan ada nilai seninya supaya orang-orang ga boring. Temanya sendiri merawat ingat, menolak lupa,” kata Galih Nugraha, perwakilan BEM FIB Universitas Brawijaya.
Terungkap latar belakang diadakannya pameran ini adalah keinginan Kamisan Malang dan banyak pihak lainnya untuk mengadakan pameran dengan tema besar ‘Menolak Lupa Menuju Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan’.
“Mengapa akhirnya kita buat bentuknya pameran, karena supaya lebih mudah diakses oleh publik dan ada nilai seninya supaya orang-orang ga boring. Temanya sendiri merawat ingat, menolak lupa,” ungkap.
Galih mengungkap tujuan mengangkat tema tersebut adalah mengingatkan kembali satu tahun tragedi Kanjuruhan yang masih belum terselesaikan. Terutama dalam hal keadilan bagi keluarga korban yang masih belum mendapatkan keadilan baik secara hukum maupun secara sosial.
“Ada sekitar 81 sampai 82 karya yang masuk dari hasil open submission yang dibuka secara umum, kemudian di kurasi dan kami tampilkan 52 karya,” tambah Galih.
(Foto: Puisi ‘Tidak Ada Kata Selamat’ karya Andreas L.L)
Baca Juga : BCA Akan Tutup Otomatis Rekening 0 Rupiah Mulai 1 November
Dalam 52 karya yang ditampilkan berupa dua dimensi seperti seni lukis, puisi, narasi, foto, kutipan berita, dan mini vlog. Kriteria dari karya juga harus bersifat netralitas dimana tidak memojokkan salah satu pihak dan memuat kondisi saat itu dan kondisi korban, dengan harapan pengunjung yang datang dapat mengingat kembali adanya tragedi kemanusiaan yang sudah mulai dilupakan.
“Karna pameran ini kolaborasi dari banyak pihak jadi untuk persiapannya tidak banyak mengalami kendala karena banyak yang peduli dan membantu dalam prosesnya, baik secara materil maupun non materil,” ujar Galih.Dengan diadakannya pameran ini, Galih berharap besar kepada masyarakat untuk dapat me-refresh kembali memori dari tragedi kanjuruhan dan bisa menilai sudah sampai sejauh mana kasus ini di usut. Apakah sudah tuntas atau belum, namun kenyataannya kasus ini belum sampai ke titik terangnya.