Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Kebebasan Pers di Indonesia Jadi Sorotan Dunia Usai Jurnalis VOA Teriak di Pertemuan Jokowi-Kamala Harris

Penulis : Tubagus Achmad - Ghiska Ayu - Editor : Nurlayla Ratri

07 - Sep - 2023, 08:58

Presiden RI Joko Widodo menyambut kehadiran Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris pada momentum KTT ke-43 ASEAN di Jakarta, Rabu (6/9/2023). (Foto: detikcom)
Presiden RI Joko Widodo menyambut kehadiran Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris pada momentum KTT ke-43 ASEAN di Jakarta, Rabu (6/9/2023). (Foto: detikcom)

JATIMTIMES - Kebebasan Pers di Indonesia menjadi sorotan dunia usai Kepala Biro White House Voice of America (VOA) yang merupakan keturunan Indonesia yakni Patsy Widakuswara diminta keluar dari ruangan pertemuan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris di forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-AS di Jakarta, Rabu (6/9/2023) kemarin. 

Hal itu bermula ketika Patsy mengunggah kronologi dirinya dikeluarkan dari ruangan pertemuan antara Presiden RI Jokowi dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris di akun X (dulu twitter) pribadinya @pwidakuswara. 

Baca Juga : 5 Hotel Kids Friendly di Batu, Dijamin Bikin Anak-Anak Betah 

Patsy mengungkapkan, peristiwa dirinya dikeluarkan bermula ketika kerumunan wartawan diarahkan keluar dari ruangan pertemuan antara Jokowi dengan Kamala Harris. Patsy melontarkan dua pertanyaan kepada Jokowi dan Kamala Harris dengan berteriak. 

Kepada Kamala Harris, Patsy melontarkan pertanyaan apakah AS hampir mencapai kesepakatan kerja sama terkait nikel Indonesia. Kemudian kepada Jokowi, Patsy melontarkan pertanyaan dengan cara berteriak, apakah merasa kecewa dengan ketidakhadiran Presiden AS Joe Biden di KTT ke-43 ASEAN di Jakarta. 

Untuk diketahui, insiden Patsy melontarkan pertanyaan kepada dua petinggi Indonesia dan AS ini terjadi saat sesi pemotretan, bukan saat konferensi pers. Cara tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap para petinggi dua negara, alhasil petugas keamanan Indonesia melakukan tindakan cepat dengan menghalangi gerak Patsy. 

Sementara itu, petugas keamanan dari Kantor Wakil Presiden AS berupaya bernegosiasi agar Patsy dapat masuk ke ruangan untuk meliput agenda pertemuan antara Jokowi dengan Kamala Harris. 

"Situasinya tegang, tapi saya tidak merasa cemas atau panik, karena saya tahu bahwa saya hanya melakukan pekerjaan saya dan saya juga tahu bahwa kantor wakil presiden akan mendukung saya. Saya hanya bertahan pada pendirian saya," ungkap Patsy. 

Di luar ruangan pertemuan, Patsy dikelilingi oleh petugas keamanan Indonesia yang mengatakan kepadanya untuk pergi karena dia melontarkan pertanyaan kepada dua petinggi negara dengan cara berteriak, serta Patsy juga dilarang untuk ke masuk ke agenda-agenda KTT ke-43 ASEAN lainnya. 

"Mereka mengatakan saya dilarang mengikuti berbagai kegiatan. Mereka memblokir saya, mengadang dan seorang petugas perempuan menyandarkan badannya ke saya. Petugas itu bahkan sempat mengatakan sampai kiamat pun saya tidak akan mengizinkan dia masuk," beber Patsy. 

Menurutnya, melontarkan pertanyaan dengan cara berteriak merupakan hal yang biasa terjadi di kalangan pers di Amerika Serikat. Meskipun, di beberapa momen tertentu, melontarkan pertanyaan dengan cara berteriak kurang pantas dilakukan. 

"Setiap ada kesempatan untuk bertanya, memang harus digunakan. Kalau kita nurut, patuh, kepada instruksi kapan boleh nanya kapan tidak, itu berarti kita tidak menjalankan tugas sebagai wartawan. Itu berarti kita tunduk pada pemegang kekuasaan," ujar Patsy. 

Sebagai seorang jurnalis "pool," Patsy Widakuswara merupakan salah satu dari sedikit jurnalis yang dipilih untuk meliput KTT ke-43 ASEAN dan berbagi informasi dengan awak media lain yang tidak bisa hadir. 

Patsy mengkhawatirkan, jika petugas keamanan Indonesia tidak mengizinkannya masuk ke dalam forum-forum KTT ke-43 ASEAN, dirinya tidak akan dapat mengirimkan laporan kepada rekan-rekan jurnalis lainnya.

Sementara itu, apa yang dilakukan Patsy mendapat tanggapan dan pembelaan dari Wakil Penasihat Keamanan Nasional Wakil Presiden AS Dean Lieberman. Menurut Dean, mempertahankan kebebasan pers di luar negeri merupakan sesuatu hal yang membanggakan. 

"Bagi kami, sebagai diplomat dan pegawai pemerintah Amerika, kami bangga mempertahankan kebebasan pers di luar negeri, termasuk akses bagi wartawan yang meliput Gedung Putih saat bepergian," kata Dean Lieberman, dikutip dari VOA. 

Baca Juga : Cegah Eksploitasi, 5 Anak Penjual Kue di Pinggir Jalan Kota Malang Diamankan

Lebih lanjut, petugas keamanan AS terus berupaya bernegosiasi dan mendesak pihak keamanan Indonesia untuk mengizinkan Patsy masuk ke dalam ruang pertemuan. 

Akhirnya, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Kim turun tangan untuk menyelesaikan insiden dilarangnya Patsy masuk ke dalam ruang pertemuan. Akhirnya setelah bernegosiasi, Patsy diizinkan masuk ke ruang pertemuan antara Jokowi dan Kamala Harris. 

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani mengaku menyesal atas insiden yang terjadi kepada Patsy Widakuswara. 

"Kami menyesalkan insiden yang terjadi pada Patsy Widakuswara dan memahami kekhawatiran yang ditimbulkan, dan menekankan komitmen kami terhadap kebebasan pers yang dijamin dalam UUD Indonesia," ujar Rosan. 

Namun, menurutnya cara yang dilakukan Patsy melontarkan pertanyaan dengan cara berteriak dapat menimbulkan kekhawatiran pihak keamanan, sehingga diambil keputusan untuk membatasi ruang gerak serupa. 

"Meskipun kami menghormati hak reporter untuk mengajukan pertanyaan," kata Rosan. 

Lebih lanjut menurut Rosan insiden yang menimpa Patsy sudah ditangani dan sudah terselesaikan. Patsy pun sudah diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan pertemuan KTT ke-43 ASEAN. 

Dubes Rosan juga memastikan insiden tersebut sudah ditangani di tempat dan Patsy telah diizinkan kembali ke ruangan pertemuan.

"Kami tetap berkomitmen untuk menjunjung kebebasan pers dan akan berusaha untuk mengklarifikasi dan mematuhi protokol masing-masing acara untuk mencegah kesalahpahaman atau gangguan di masa depan," tandas Rosan. 

Sementara itu, Didier Saugy dari National Press Club di Washington, menganggap insiden Patsy di KTT ke-43 ASEAN di Indonesia ini tidak dapat diterima. 

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga menaruh perhatian pada insiden ini dan berkomitmen untuk menghubungi pemerintah Indonesia guna menyelesaikannya. Mereka menegaskan pentingnya kebebasan pers dalam mendukung demokrasi dan akuntabilitas pemerintah.


Topik

Peristiwa Patsy Widakuswara VOA Kamala Harris Jokowi teriak


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Tubagus Achmad - Ghiska Ayu

Editor

Nurlayla Ratri