JATIMTIMES - Kesemutan sangat sering dialami oleh setiap orang saat beraktivitas sehari-hari. Meski begitu, umumnya kesemutan akan hilang sendiri jika bagian tubuh yang sakit sudah tidak terlipat atau tertindih. Lantas benarkah kesemutan yang terlalu sering bisa jadi gejala penyakit serius?
Menurut dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatolog Asa Ibrahim Zainal Asikin, Sp.OT, kesemutan atau paraesthesia merupakan sensasi pada bagian tubuh seperti ditusuk jarum kecil atau bisa juga seperti semut menggerayangi. Dapat disertai rasa panas atau dingin atau tersetrum. Penyebabnya karena ada “masalah” pada saraf.
Baca Juga : Kisah Bangkitnya 500 Mayat sebagai Pembuktian Kewalian Syekh Abdul Qodir Jaelani
"Ga usa takut dulu, masalah yang biasanya ringan," kata dr Asa, dikutip dari akun X (Twitter).
Lebih lanjut dia menjelaskan kesemutan umumnya karena ada penekanan saraf akibat aktivitas sehari-hari. Seperti main HP, menekuk siku dalam waktu lama, duduk sila di lantai atau duduk lama di kloset. Atau yang sering juga saat naik motor lama atau ngetik lama dengan pergelangan tangan tertekan dalam jangka waktu lama.
"Nah, pada kasus2 di atas, kesemutannya akan hilang jika penyebab penekanannya dihilangkan. Misalnya duduk bersila jadi kesemutan, trus berdiri ya bakal hilang. Atau main hape dengan nekuk siku kesemutan, trus begitu dilurusin ya ilang, dsb," ungkapnya.
Menurut dr. Asa, kesemutan normal terjadi. Namun jika tidak hilang-hilang, walaupun tidak ada penekanan dan terjadi di banyak area, maka perlu diwaspadai. Hal tersebut bisa menjadi indikasi adanya penyakit serius yang butuh segera ditangani, seperti penyakit berikut ini:
1. Saraf Terjepit Kronis
Kondisi ini mengakibatkan saraf terjepit terus menerus. Walaupun berubah posisi, tetap kesemutan juga disertai rasa sakit, terbakar, kesetrum.
Menurut dr Asa, saraf terjepit yang sering bisa terjadi pada pergelangan tangan atau dikenal sebagai CTS (carpal tunnel syndrome) dan di siku (cubital tunnel syndrome). Atau bisa juga saraf terjepit di punggung atau leher. Misalnya pada kasus kerusakan bantalan tulang belakang yang menjepit saraf (HNP) dan lainnya.

Contoh syaraf terjepit kronis. (Foto: Twitter)
2. Penyakit Kronis yang Berakibat pada Rusaknya Saraf
Menurut dr Asa, kesemutan yang berkelanjutan juga bisa jadi penyebab sarafnya tidak kejepit, tapi dirusak oleh penyakit kronis. Misalnya pada diabetes (diabetic neuropathy), bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil yang menyuplai saraf dan bikin kesemutan.
"Yang penting di sini, kalo kesemutan itu karena saraf terjepit, maka angka kesembuhannya benarnya tinggi lho, asal cepat diobati, bisa dengan obat/terapi/operasi tergantung keparahan," jelas dia.
Baca Juga : Pandanwangi Green Park Tawarkan Hunian Nyaman dan Lokasi Strategis
"Tapi kalo saraf rusak karena penyakit kronis (diabetes, dsb) itu sangat sulit sembuh bahkan tidak bisa sembuh," imbuh dia.
Demikian beberapa penyakit kronis yang gejalanya bisa ditandai dengan kesemutan yang terus menerus. Berikut ini tanda-tanda kesemutan yang perlu diwaspadai:
- menetap dan tidak dipengaruhi posisi tubuh;
- terjadi di banyak tempat;
- gejala berat, gak hilang-hilang, bahkan sampai terasa sakit;
- terjadi lama dan tidak sembuh-sembuh.
"Sering banget saya ketemu pasien-pasien yang kerusakan sarafnya udah terlanjur berat dan udah susah sembuh. Padahal awalnya cuma kesemutan ringan yang dibiarkan saja, yang semakin lama jadi semakin parah. Jadi segera periksa ke dokter jika ada tanda-tanda kesemutan seperti di atas, untuk penanganan lebih lanjut," pungkas dr Asa.