Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Gaya

Deretan Sneaker Produk Lokal Berkualitas, Ada Semangat dan Kisah Pilu di Baliknya

Penulis : Wahida Rahmania Arifah - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

12 - Jul - 2018, 17:25

Empat sneaker produk lokal Indonesia (foto: berbagai sumber)
Empat sneaker produk lokal Indonesia (foto: berbagai sumber)

MALANGTIMES - Sepatu merek apa yang Anda suka? Mungkin jawaban pertanyaan ini adalah penyebutan label-label sepatu asal luar negeri.

Baca Juga : Fashion Hijab Wud Hadirkan Koleksi Baru, Pertahankan Bisnis Saat Pandemi Covid-19

Namun, tidak selamanya produk luar menjamin kualitas. Jadi, tidak ada salahnya memilih produk sepatu sneaker dalam negeri. Istilah sneaker dalam dunia mode ialah jenis sepatu dengan sol terbuat dari karet atau bahan sintetis dan bagian atas terbuat dari kulit atau canvas. 

Satu di antara label sneaker lokal adalah Piero. Dari namanya mungkin terdengar bukan dari Indonesia. Perjalanan label Piero lekat dengan sejarah krisis moneter tahun 1998. Diolah dari Kompas, Piero didirikan oleh Djimanto yang dikenal sebagai mantan ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo). Kala itu, di tengah krisis ekonomi, ia membeli perusahaan sepatu Star Moon.

Koleksi sepatu label Piero 

Saat itu kondisi perusahaaan di ambang kehancuran. Bayangkan, Djimanto dihadang 3.000 karyawan yang terkatung-katung nasibnya. Dia kemudian menanamkan tekad. "Sing penting urip (yang penting hidup) pabrik, karena 3.000 karyawan bakal kesusahan kalau nggak urip," ucap Djimanto.

Karena sering menekankan kata 'urip' itulah tercetus menjadikan kata tersebut sebagai label sepatu. "Karenanya nama urip kemudian dibalik. Karena tidak ada yang pas, makanya disisipkan huruf lain dan jadilah Piero," ungkap Djimanto.

Piero bukan bermaksud mendompleng nama pesepak bola asal Italia Alesandro del Piero. Tetapi harus diakui lantaran pemilihan nama ini, penjualan sepatu berjalan mulus. Sepatu ini dapat pembaca MalangTIMES temukan di pasar online melalui situs resmi mereka, Piero Indonesia. 

Koleksi sepatu label Tomkins

Label sepatu lokal yang juga berkembang adalah Tomkins. Dari namanya mungkin pembaca menyangka Tomkins adalah produk sneaker luar negeri. Padahal label ini diproduksi di Bandung oleh PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.

Baca Juga : Sarung Tangan Mirip Kulit Manusia Bisa Cegah Covid-19? Unik atau Seram Ya?

Label ini awalnya merancang sepatu untuk pelajar sehingga koleksi mereka banyak didominasi warna hitam. Sepatu sneaker keluaran Tomkins mulai dikembangkan dan bahkan koleksi mereka yakni seri Florence, Foster, dan Jenkins terinspirasi dari sebuah film Hollywood.

Koleksi sepatu label Saint Barkley

Masih dari Kota Kembang Bandung, label sepatu berikutnya adalah Saint Barkley. Produk sepatu ini digagas oleh David dan Alvi. Awalnya mereka memberi nama sepatu tersebut dengan VII (seven). Nama label akhirnya diganti saat melihat artikel tentang seorang ilmuwan bernama Russell Barkley. Segmentasi Saint Barkley adalah anak muda. Label sepatu ini punya showroom di daerah Antapani Bandung. 

Koleksi sepatu label Geoff Maxx

Masih dari Bandung, ada label sneaker Geoff Maxx. Label ini didirikan oleh Yusuf Ramdhani dan Fauzan Efwanda. Footwear produksi mereka mengedepankan kualitas sehingga diterima dengan baik di pasar Amerika Serikat dan Eropa. Awal produk sepatu ini lantaran keduanya aktif di beberapa forum online fotografi, skateboard, dan musik di Los Angeles, Amerika Serikat. Desain label ini lebih mengarah ke sneaker yang klasik. (*)


Topik

Gaya fashion-malang desainer-malang Sneaker-Produk-Lokal-Berkualitas


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Wahida Rahmania Arifah

Editor

Sri Kurnia Mahiruni