MALANGTIMES - Koalisi gemuk yang mengusung pasangan calon wali kota Malang Yaqud Ananda Gudban dan Wanedi menempati nomor buncit sesuai versi hitung cepat beberapa lembaga survei.
Pasangan nomor urut satu ini diusung oleh PDIP, PAN, Hanura, PPP, dan didukung oleh Nasdem. Meski dikawal oleh partai besar, nyatanya koalisi yang dibangun tak berjalan mulus. Selain karena calon wali kotanya tersangkut kasus hukum, mesin politik dari koalisi besar itu dinilai tak jalan.
Hal itu disampaikan Direktur Lembaga Riset Politik Adiwangsa Mahatva Yoga yang menyebut jika koalisi besar tak berpengaruh pada suara masyarakat. Terlebih masyarakat lebih melek pada politik, hukum, dan media. "Dan dari hasil survei, hanya mesin PDIP yang jalan dalam koalisi besar ini," katanya kepada wartawan belum lama ini.
Di awal pembentukan koalisi, Nanda -sapaan Yaqud Ananda Qudban- memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi karena mampu merangkul berbagai partai besar dengan sebuah kesepakatan. Namun sosok Nanda ataupun Wanedi sendiri saat ini dinilai masih belum mencukupi.
"Nanda anggota DPRD, tapi belum banyak diketahui track record-nya. Begitu juga dengan Wanedi yang belum banyak diketahui sosoknya oleh masyarakat. Dalam survei, masyarakat masih ragu terhadap keduanya," jelasnya.
Pada mulanya, Yoga berpendapat jika PDIP memiliki jagoan yang akan diusung sebagai calon wali kota Malang, yaitu Arief Wicaksono. Namun karena Arief tersangkut kasus hukum, Nanda pun masuk ke dalamnya.
Hal itu terjadi setelah koalisi Abang-Ijo (Bangjo) yang diinginkan tak dapat direalisasikan. Sehingga, Nanda memiliki peluang masuk karena tak ada kader yang dapat mengganti posisi Arief dan dipilihlah Wanedi sebagai pasangan wakilnya. Tetapi, di tengah jalan, Nanda juga tersangkut kasus hukum.
Lebih jauh Yoga menilai, PDIP dalam pilkada tahun ini tak banyak bermain. PDIP lebih bersiap untuk Pileg 2019 yang sudah di depan mata. Namun dengan kekalahan di Pilkada Kota Malang ini, partai dengan lambang banteng ini harus bekerja ekstrakeras dengan menggunakan cara baru untuk merebut hati masyarakat.
"Tren pileg, suara PDIP selalu stabil. Tapi masyarakat saat ini lebih rasional," pungkasnya. (*)