MALANGTIMES - Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang 2017, jumlah angkatan kerja di Kota Malang 2017 mencapai 443.035 jiwa.
Baca Juga : Ini Jawaban Ustaz Yusuf Mansur saat Ditanya Apakah Dukung Anies Baswedan Maju Pilpres 2024
Sementara itu, jumlah warga yang bekerja sebanyak 411.042 jiwa atau 92.77 persen. Artinya, ada 7.23 persen atau 31.933 orang warga yang tidak bekerja atau pengangguran.
Angka ini merupakan akumulasi jumlah pengangguran warga asli kota dan warga pendatang yang berbaur menjadi warga sosial Kota Malang sehingga Kota Pendidikan ini berada di urutan tertinggi kotaq dengan angka pengangguran terbesar di Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan Kota Kediri.
Sebagian besar pengangguran, bila ditinjau dari latar belakang pendidikan, sebanyak 33.68 persen justru merupakan warga lulusan perguruan tinggi, disusul warga lulusan SMK 17,3 persen, lulusan SMA sederajat 16,5 persen, lulusan SMP sederajat 13,3 persen, lulusan SD 6,7 persen, dan warga yang tidak sekolah sebanyak 12,4 persen.
Namun jika dikaji lebih lanjut, terdapat empat penyebab terjadinya pengangguran. Pertama, pengangguran akibat perpindahan kerja. Kedua, pengangguran akibat pergantian musim panen. Ketiga pengangguran akibat perubahan struktur ekonomi, dan keempat pengangguran akibat berlebihnya supply dari demand tenaga kerja.
"Maka tentunya harus ada sebuah solusi yang memang benar-benar bisa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pengangguran bukanlah masalah yang sepele. Jika tingkat pengangguran terus bertambah, maka tentu saja bisa menjadi masalah sosial yang serius, seperti meningkatnya kriminalitas," ungkap Sofyan Edi Jarwoko, Calon Wakil Wali Kota Malang paslon SAE.
Baca Juga : Dewan Dorong Pemkot Malang Salurkan Bantuan Sembako bagi Warga Terdampak Covid-19
Dalam upaya menyelesaikan problem itu, dua pendekatan yang harus dijalankan secara simultan. Pertama, membuka ruang yang luas bagi pengangguran untuk berlatih meningkatkan keterampilan dan komunikasi, mengadopsi pengetahuan teknologi membuka literasi dan kompetensi kerja.
"Dengan begitu kan ilmu pengetahuan mereka bisa berkembang, kreativitas mereka bisa terpacu untuk membuat satu inovasi yang memang memiliki nilai ekonomi tinggi," jelasnya.
Lanjut Sutiaji, kemudian mengundang investor untuk membuka lapangan kerja secara saling memberi benefit. Di sinilah peran serta berbagai elemen diperlukan untuk mengurangi angka pengangguran.
"Pemerintah tak bisa sendiri dalam mengurangi angka pengangguran, peranserta berbagai elemen seperti para pengusaha diperlukan untuk mengatasi hal itu. Dengan sinergi para investor, tentu bisa menciptakan sebuah lapangan yang bisa saling menguntungkan," pungkas Bung Edi sapaan akrab Sofyan Edi Jarwoko