Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Budaya dan Seni

Sarung Sebagai Lambang Perlawanan Masyarakat Indonesia Terhadap Kolonialisme

Penulis : Pipit Anggraeni - Editor : Heryanto

17 - Jun - 2018, 16:27

Sejarawan sekaligus Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Indonesia Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia Abdul Latief Bustami (Pipit Anggraeni)
Sejarawan sekaligus Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Indonesia Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia Abdul Latief Bustami (Pipit Anggraeni)

MALANGTIMES - Sama halnya dengan peci, sarung dalam perkembangannya juga disebut sebagai identitas bangsa Indonesia. Namun saking kuatnya pengaruh Eropa, sarung menjadi terpinggirkan. Padahal dulu, sarung menjadi simbol perlawanan melawan kolonialisme.

Baca Juga : Didi Kempot Gelar Konser Amal dari Rumah, Hanya 3 Jam Donasi Capai Rp 5,3 Milliar

"Jadi dulu orang Belanda menyebut santri yang mengenakan sarung adalah kaum sarungan dan diidentikkan dengan pejuang dari pedesaan," kata sejarawan sekaligus akademisi Universitas Negeri Malang Abdul Latief Bustami.

Di era kolonialisme, sarung menurutnya digunakan sebagai salah satu identitas untuk melawan pengaruh budaya Eropa. Para budayawan pun berusaha untuk terus mengangkat pamor sarung di tengah gempuran modernisasi.

"Sehingga tak heran jika Abdul Wahab Hasbullah sebagai salah satu tokoh NU pernah menghadiri undangan Presiden Soekarno dengan menggunakan sarung. Padahal protokoler menegaskan agar ia hadir dengan celana, jas, serta dasinya," terangnya sembari tertawa.

Pamor sarung menurutnya semakin terpinggirkan seiring berkembangnya modernisasi. Terlebih sebelumnya seorang penasihat Belanda yang fasih berbahasa arab yaitu Christiaan Snouck Hurgronje berhasil mengkondisikan ajaran Islam pada masyarakat Indonesia sebagai trikotomi.

Snouck Hurgronje menurutnya telah menyebarkan tafsir dalam pemahaman Islam bagi masyarakat Indonesia. Pertama ia memberi pemahaman jika Islam ditekankan kepada sebuah ritual.

"Jadi orang akan lebih malu tak melakukan ritual perkawinan dibanding salat. Itu karena pengaruh yang ditancapkan dalam pemahaman Hurgronje di balik kepentingan politik," jelas Latief.

Ke dua, Hurgronje menurutnya telah mereduksi identitas Islam dan memunculkan budaya barat secara dominan. Ke tiga, ia berpaham jika persatuan Islam harus dihancurkan.

"Dan dampaknya masih terasa sampai sekarang. Anak muda malu ketika keluar mengenakan sarung dan memilih celana," imbuhnya.

Baca Juga : SBY Persembahkan 'Cahaya Dalam Kegelapan', Lagu Bagi Para Pejuang Covid-19

Namun di 1970 an, menurutnya identitas sarung kembali diangkat. Di mana kaum sarungan sebagaimana disebut kolonial belanda lebih menampakkan diri sebagai golongan yang berilmu dan berwawasan luas.

"Dan presiden Indonesia ke empat, Abdurrahman Wahid adalah berasal dari kaum sarungan yang mampu menunjukkan kepemimpinannya," jelasnya lagi.

Dia pun berpendapat jika sarung sampai sekarang masih digunakan sebagai bagian dari simbol politik. Salah satunya penampilan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kerap tampil dengan sarung dan peci hitamnya, tapi tak menanggalkan jas dan dasinya.

Lebih jauh dia pun menarik perjalanan kain sarung di Indonesia. Menurutnya,sarung merupakan salah satu pengaruh budaya dari Yaman yang tak hanya menghampiri Indonesia melainkan daerah Asia Tenggara lainnya.

Dalam perkembangannya, sarung bahkan kental dengan identitas seseorang. Dalam kalangan tertentu, sarung ia sebut sebagai kebanggaan tersendiri sekaligus menunjukkan statusnya.

"Di Bugis, sarung yang dikenakan bisa menunjukkan dia masih lajang atau sudah berkeluarga, ditandai dengan pilihan warna. Bahkan ada juga sarung yang khusus untuk bersenggama," tambah Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Indonesia Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia itu.


Topik

Hiburan, Budaya dan Seni Sarung Sejarawan Abdul-Latief-Bustami


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Pipit Anggraeni

Editor

Heryanto