MALANGTIMES - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Institut Agama Islam Al-Qolam, Gondanglegi, melurug kantor dewan Kabupaten Malang, Rabu (02/05).
Baca Juga : Tiga Tenaga Kesehatan Positif Covid-19 di Kota Malang Sembuh
Sekitar tiga puluh mahasiswa yang tergabung dalam GMNI menyuarakan persoalan klasik dalam dunia ketenagakerjaan di Indonesia kepada DPRD Kabupaten Malang. Tiga tuntutan tersebut mengenai pemerataan gaji dan kesejahteraan buruh, pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 87 tahun 2015 tentang pengupahan serta penghapusan outsourcing yang merugikan karyawan.
"Kami sebagai mahasiswa merasa prihatin dengan kondisi ketenagakerjaan kita sampai saat ini. Karenanya kami kesini untuk menyampaikan tiga aspirasi tersebut," kata salah satu perwakilan dari GMNI yang tidak menyebutkan namanya saat ditanya MalangTIMES, Rabu (02/05).
Tiga tuntutan GMNI tersebut diterima secara langsung oleh Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Malang Didik Gatot Subroto, di ruang rapat yang dikawal oleh beberapa kepolisian yang menjaga aksi demo mahasiswa.
Didik yang menerima aspirasi menyatakan, pihak dewan secara penuh mendukung tiga tuntutan dari perwakilan GMNI. Terutama mengenai persoalan outsourcing yang menurut Didik membatasi komunikasi pekerja dengan pemilik perusahaan.
"Saya sepakat tentang hal itu. Karenanya kita secepatnya nanti akan mengundang pihak Disnaker Kabupaten Malang yang memiliki ranah dalam persoalan tersebut untuk hearing," ujar Didik.
Sedangkan untuk persoalan penghapusan regulasi serta pemerataan gaji dan kesejahteraan, ranahnya berada di tingkat pemerintah dengan para pengusaha. "Hal ini masih terus dilakukan karena belum adanya titik temu. Tentunya untuk persoalan tersebut memang membutuhkan waktu lama," ucap Didik.
Selain memberikan beberapa alternatif solusi atas tuntutan mengenai persoalan ketenagakerjaan tersebut, pihak dewan juga memberikan masukan kepada para pendemo.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Politisi asal PDI-Perjuangan ini menyampaikan, bahwa persoalan ketenagakerjaan membutuhkan berbagai data, angka serta berbagai masukan dari mahasiswa maupun masyarakat melalui berbagai praktik nyata. Misalnya, mahasiswa sebisa mungkin mampu menyerap persoalan riil di lapangan dengan cara terlibat secara langsung.
"Tidak cukup mengurai dan memecahkan persoalan dengan hanya teori saja. Pengalaman sangat dibutuhkan sebagai bagian dalam ikut serta memikirkan persoalan besar ini," urai Didik.
Melalui praktik nyata tersebut, akan ditangkap berbagai persoalan nyata dalam dunia ketenagakerjaan. Misalnya, akar dari persoalan ketenagakerjaan, harapan, kendala, serta solusi nyata yang dapat diaplikasikan di lapangan.
"Jadi akan semakin kuat, misalnya, kalau rekan-rekan ini juga ikut terjun di sana. Lantas tuliskan hal tersebut sehingga bisa dibaca oleh pemerintah pusat, DPR atau pun para pengusaha. Ini hanya masukan dari saya saja," ujar Didik.
Tidak terlalu lama para perwakilan dari GMNI hearing dengan dewan. Setelah menyampaikan pernyataan dan sedikit pertanyaan yang dijawab dan diberi masukan dewan, para pendemo ini membubarkan diri secara tertib.