MALANGTIMES - Investasi di sektor perdagangan masih menjadi primadoda di Kota Malang sepanjang 2017 lalu. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi pada 2018 ini, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Malang bakal meningkatkan pelayanan terkait izin usaha.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DPM-PTSP Kota Malang Wulan Ragas mengungkapkan, perbaikan dan percepatan layanan izin usaha dilakukan demi meningkatkan nilai investasi. Terlebih hal tersebut juga menjadi salah satu agenda Nawacita Presiden RI Joko Widodo. "Jika pelayanan izin usaha semakin cepat, akan semakin banyak investor yang mau menamamkan investasinya di Kota Malang," ujar Wulan.
Baca Juga : Ekonomi Digital Indonesia Berkembang, Malang Masuk Diantaranya
Selain memperbaiki pelayanan, sejumlah cara juga dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk menarik laju investasi. Di antaranya gencar melakukan promosi baik di dalam maupun luar negeri, mulai dari sektor perdagangan, jasa, hingga pendidikan. "Promosi ini dilakukan dengan menggelar pameran maupun mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan oleh instansi lain," urainya.
Pada 2018 ini, pihaknya optimis nilai investasi semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. "Di tahun 2018 targetnya tentu lebih tinggi, tetapi nilainya tergantung berapa banyak investor yang mengajukan perizinan di Kota Malang," tuturnya.
Berdasarkan data yang dihimpun MalangTIMES dari Data Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Fasilitas Per Bidang Usaha Kota Malang DPM-PTSP tahun 2017, investasi yang masuk di kota pendidikan ini mencapai Rp 36 triliun. Jumlah itu terakumulasi nilai yang tercantum dalam daftar Izin Usaha yang Diterbitkan DPM-PTSP Kota Malang.
Dalam data jenis perizinan yang dikeluarkan, izin perdagangan memberikan sumbangsih signifikan pada Kota Malang. Angkanya sebesar Rp 10 triliun atau mencapai sekitar 27 persen dari total investasi yang masuk.
Kepala Bidang Pelayanan Perizinan DPM-PTSP Kota Malang Iwan Rizali menjelaskan, jenis perizinan perdagangan meliputi banyak hal. Seperti usaha properti yakni perumahan dan apartemen. Atau usaha perdagangan di bidang jasa hiburan dan hotel-hotel. "Perdagangan itu meliputi barang dan jasa. Mulai hotel, ya perumahan, apartemen juga. Izin-izin yang dikeluarkan memang banyak itu," ujar Iwan.
Ia menjelaskan bahwa investasi berupa perumahan dan apartemen memang sedang berkembang di Kota Malang karena beberapa faktor. Salah satunya dikarenakan akan dibukanya Tol Malang-Pandaan (Mapan). Sehingga investor membuka lahan perumahan dan hunian di kawasan timur Kota Malang.
Kawasan Timur yang dimaksudnya memang mengarah pada daerah-daerah di kawasan exit Tol Malang-Pandaan. Seperti kawasan Kecamatan Kedungkandang dan wilayah Sawojajar. "Tren perumahan baru dan apartemen terus naik. Apalagi potensinya terus meningkat setiap tahun, salah satunya kedatangan mahasiswa dari luar daerah untuk kuliah di sini," sebutnya.
Baca Juga : Wujudkan Impian Tinggal di Hunian Terbaik di Apartemen The Kalindra Malang
Untuk pasar mahasiswa, lanjut Iwan, yang dibidik adalah lokasi-lokasi strategis dekat kampus. Seperti di kawasan Dinoyo, Soekarno-Hatta dan lainnya. Sementara untuk perumahan di kawasan timur kota, perumahan-perumahan menyasar segmen keluarga menengah ke atas.
Berdasarkan data realisasi penanaman modal, nilai investasi yang ditanamkan mulai dari Rp 2 miliar sampai yang tertinggi Rp 3,2 triliun. "Sebagai pertimbangan, bagi penduduk asli kalau saya sarankan jangan sampai jual tanah cepat-cepat. Karena harga tanah di Kota Malang akan terus naik dari tahun ke tahun," imbaunya.
Sementara perizinan di sektor perdagangan lain yang menyumbang investasi di Kota Malang adalah di sektor kuliner dan kos-kosan. Tentu saja hal ini dikarenakan bahwa Kota Malang merupakan kota yang letaknya strategis. Diapit oleh dua kawasan wisata yakni Kabupaten Malang dan Kota Batu serta mendapat gelar Kota Pendidikan. "Semakin banyak usaha kuliner dari skala kecil sampai besar, kos-kosan juga," terangnya.
Selain itu, menurut data yang pihaknya miliki, perizinan lain yang menyumbang investasi ada di sektor pertanian, perindustrian, dan transportasi. Masing-masing sektor ini menanamkan investasi mulai Rp 200 juta sampai Rp 30 miliar. (*)