MALANGTIMES – Mungkin, tidak banyak yang mengenal jejak heroik Herlina Kasim yang bernama lengkap Sitti Rachmah Herlina atau si Pending Emas ini. Tapi sejarah telah mencatat kecintaannya kepada bangsa dan negara Indonesia.
Perempuan pertama di Indonesia yang rela meninggalkan kecintaannya kepada dunia jurnalistik. Tercatat, Herlina Kasim adalah pendiri Mingguan Karya di Ternate. Dan terjun bersama anggota Kodam XVI Pattimura dalam Operasi Trikora untuk membebaskan Irian dari cengkaraman Belanda. Bersama 20 orang sukarelawan lainnya di hutan rimba Irian Barat (sekitar Merauke sekarang).
Baca Juga : Mengenal Jenderal Mayor Imam Soedjai, Tokoh Perjuangan Malang-Lumajang yang Belum Banyak Dikenal
Jiwa nasionalis serta aksinya yang berani menentang Dewan Boneka bentukan Belanda di Irian, membuat perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur, 24 Februari 1941 ini mendapatkan anugerah tanda jasa dari Presiden Soekarno. Tanda jasa itu adalah Pending Emas, yaitu sebuah ikat pinggang dari emas murni seberat 500 gram dan uang senilai Rp 10 juta. Karenanya Herlina Kasim dijuluki si Pending Emas.

Tapi, jiwanya berontak dengan tanda jasa tersebut. Herlina terkenang dengan rekan seperjuangannya saat merebut Irian Barat yang banyak mengalami cacat. Akhirnya setelah menerima tanda jasa tersebut, Herlina kemudian mengembalikan semua hadiah tersebut. “Bukan tanda jasa yang saya kejar. Saya terjun ke Irian karena panggilan jiwa. Untuk berjuang demi bangsa,” begitulah si Pending Emas berucap.
Herlina yang memiliki kemampuan jurnalistik, setelah pasca Operasi Trikora, sekitar tahun 1965 akhirnya kembali direkrut dan mendapat tugas baru dari Departemen Luar Negeri dalam Opsus (Operasi Khusus). Tugasnya adalah menerbitkan surat kabar berita harian palsu yang akan disebarkan ke semenanjung Malaka. Isi dari surat kabar ini lebih banyak mengarah pada tindakan propaganda anti pembentukan negara Malaysia.
Bukan hanya sekedar menulis berbagai propaganda, si Pending Emas ini juga terjun dan masuk secara langsung ke wilayah perairan Malaysia. Pengalamannya dalam operasi Trikora, membuatnya mahir dalam penyamaran saat masuk ke wilayah Malaysia.
Herlina pernah menyamar sebagai nelayan saat akan menyebarkan surat kabar palsu ke negeri Jiran. Dimana para kurir yang membantunya telah siap di Negeri Jiran tersebut. Sejak meletus peristiwa G 30 September, penyebaran surat kabar palsu ini berhenti. Si Pending Emas pun tidak lagi terdengar kabarnya lagi.
Pada tanggal 17 Januari 2017, baru terdengar kabar lagi dari Herlina. Perempuan asal Malang ini diberitakan meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Akibat komplikasi penyakit diabetes dan gangguan paru-paru.
Dari berbagai sumber