MALANGTIMES - Keberadaan Tol Malang-Pandaan (Mapan) diperkirakan bakal berefek besar bagi pertumbuhan Malang Raya. Ditambah lagi, ikon kawasan wisata dan kota pendidikan yang cukup menambah nilai investasi jangka panjang.
Baca Juga : Tiga Tenaga Kesehatan Positif Covid-19 di Kota Malang Sembuh
Terlebih, prediksi jalan tol yang menghubungkan Malang dengan ibu kota Jawa Timur akan direalisasikan. Hal itu pun menjadi peluang tersendiri, khususnya bagi industri properti. Mulai dari pengembang perumahan, apartemen serta pebisnis hotel.
Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Malang Suwoko mengungkapkan, peluang investasi perumahan dan apartemen sangat besar. Bahkan bakal tumbuh subur di tahun-tahun mendatang. Namun, dia mengingatkan agar para investor bertindak cepat.
Jumlah lahan yang terbatas dan harga yang terus merangkak naik, menurut Suwoko perlu menjadi pertimbangan. "Tahun 2018 ini, harga tanah naik 20 persen. Ini merupakan peluang bagus bagi para pengembang yang ingin melebarkan bisnisnya. Karena kalau tol sudah jadi, harganya bisa naik lebih tinggi lagi," ujarnya.
Hal tersebut karena, ada prediksi adanya Tol Mapan membuat warga luar kota seperti dari Surabaya dan sekitarnya berniat membeli hunian di sekitar kawasan Malang Raya. Selain perumahan, lanjutnya, pihaknya juga memprediksi tumbuhnya apartemen di sekitar wilayah Malang Raya.
Bisa dibilang, nantinya bisnis di sektor property, baik perumahan, apartemen maupun hotel bisa saling mengisi. "Kehadiran mereka saling mengisi. Dengan ketersediaan kamar, jumlah perumahan hingga unit apartemen yang dimiliki, mampu menampung pendatang yang singgah ke sini," terangnya.
"Hadirnya apartemen mampu menampung 20 persen dari jumlah kebutuhan hunian, apalagi sebagai kota pendidikan di Malang ini per tahun ada 40-50 ribu orang yang datang," sebutnya. Suwoko menyebut, pada 2017 lalu, ada sekitar 8 hingga 10 properti baru yang masuk wilayah Malang Raya.
Sementara untuk apartemen, ada sekitar empat apartemen yang ekspansi ke Malang. Meski demikian, dari sisi penjualan para pengembang masih mengalami kesulitan. Daya beli masyarakat menurun sekitar 30 - 40 persen dari pengembang yang masuk di REI atau sekitar 40 an pengembang di Malang Raya. "Ini karena pertumbuhan ekonomi yang turun. Namun, 2018 ini kami bisa optimis," ungkap Suwoko.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPC Malang Dwi Cahyono mengatakan sepanjang tahun 2017, sekitar 10 hotel dan guest house baru, berdiri di kawasan Malang Raya. "Tahun 2018 ini, akan ada sekitar 4 sampai 5 hotel baru lagi yang hadir di Malang," terang dia.
Dwi menuturkan, tumbuhnya hotel dan guest house di Malang Raya akan berkembang pesat. Tekait penambahan jumlah hotel dan kamar, Dwi mengatakan pihaknya dan pemerintah Kota Malang akan membuat kajian.
"Kalau di zona kota, semua sudah padat, tidak memungkinkan untuk ditambah hotel lagi. Kalau di daerah Kota Malang bagian timur, masih ada sedikit lahan yang bisa ditambah hotel," jelasnya.
Apalagi, mengingat kawasan tersebut dekat dengan bandara. "Jadi, harus dilihat betul, kawasan mana yang masih memungkinkan untuk dibangun hotel dan mana yang sudah overload," pungkasnya.