Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Budaya dan Seni Laporan Koresponden MalangTIMES dari Jerman

Goodbye Lenin! Menilik Monumen Seluruh Berlin di Galeri Zitadelle

Penulis : Iwa Sobara - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

22 - Jan - 2018, 16:18

Patung kepala Lenin di galeri pameran Zitadelle, Jerman (foto: Iwa Sobara for MalangTIMES)
Patung kepala Lenin di galeri pameran Zitadelle, Jerman (foto: Iwa Sobara for MalangTIMES)

MALANGTIMES - Mungkin di Indonesia tidak banyak yang mengenal tokoh yang bernama Vladimir Ilyich Ulyanov. Tetapi, jika disebut nama Lenin, orang akan mengaitkannya dengan pelajaran sejarah ketika di bangku sekolah.

Ya, Lenin merupakan seorang negarawan revolusioner Uni Sovyet (sekarang Rusia) kenamaan selain Karl Marx. Kedua tokoh tersebut identik dengan ideologi komunis dan Marxisme-Leninisme yang masih tabu untuk dibicarakan di negara kita.

Lenin meninggal pada tahun 1924. Namun teori Marxis-nya memiliki pengaruh yang menentukan pada negara Jerman Timur, saat Jerman terpecah menjadi dua negara. Ideologi Marxisme-Leninisme adalah doktrin Marxis yang dikembangkan oleh Lenin dan menjadi mata kuliah wajib di perguruan tinggi yang harus dipelajari oleh mahasiswa di Jerman Timur saat itu. 

Maka muncul institut yang bernama “Marxisme-Leninisme” yang khusus diciptakan untuk menegakkan negara Jerman Timur yang berhaluan kiri. Prinsip kepemimpinan dan organisasi "sentralisme demokratik" tersebut dikembangkan oleh Lenin.

Hal serupa berawal dan berkembang di bekas negara Uni Soviet yang merupakan "big brother“ bagi Jerman Timur kala itu dan tentu saja negara-negara Eropa Timur lainnya yang mempunyai ideologi serupa.

Terlepas dari ideologi tersebut, dalam tulisan ini saya hanya ingin mengangkat sebuah tempat di Jerman yang menyimpan sejarah mengenai tokoh Lenin. Tempat tersebut bernama Zitadelle yang berlokasi di Spandau, Berlin, Jerman. 

Zitadelle (Citadel) merupakan salah satu benteng terpenting dan terpelihara terbaik saat berlangsungnya era Renaissance di Eropa. Benteng ini dibangun pada abad pertengahan yaitu sekitar tahun 1559-1594 dan terletak di timur laut kota Spandau di seberang Sungai Havel.

Sejarah panjang Jerman yang membagi negara tersebut menjadi dua bagian pada tahun 1989 terputus. Jerman Barat dan Jerman Timur kembali bersatu. Kota Berlin yang kala itu terbagi menjadi dua bagian pun kembali menjadi satu Berlin.

Saat Berlin kembali bersatu, monumen terbesar simbol Jerman Timur saat itu hilang. Simbol tersebut adalah patung Lenin. Patung itu memiliki tinggi 19 meter dan terbuat dari batu granit yang berasal dari Ukraina.

Patung Lenin tersebut dulu terletak dengan gagah di salah satu bagian kota Berlin, yaitu di Friedrichshain, tepatnya di Leninplatz yang sekarang telah berubah menjadi kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Patung Lenin sendiri selesai dibuat di bawah arahan pematung Uni Sovyet bernama Nikolai Tomski pada tahun 1970, beberapa hari sebelum ulang tahun ke-100 Lenin.

Saat Jerman bersatu, patung tersebut dihancurkan dan kepala Lenin terkubur selama 24 tahun di hutan Köpenick. Sekarang Lenin sudah kembali. Kepalanya kini beristirahat dalam sebuah tempat pameran di Zitadelle. 

Di galeri pameran Zitadelle, elain terdapat patung kepala Lenin, juga ada puluhan skulptur lainnya yang merupakan monumen di seluruh Jerman. (*)

Penulis: Iwa Sobara (mahasiswa S3 di Jurusan Languange and Communication di Technische Universität Berlin, Jerman)
Instagram: @iwasobara


Topik

Hiburan, Budaya dan Seni Vladimir-Ilyich-Ulyanov Lenin Marxisme-Leninisme Karl-Marx


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Iwa Sobara

Editor

Sri Kurnia Mahiruni