KOTA BATU – Pasar luar daerah masih jadi primadona bagi petani tomat di Kota Batu. Antara lain Kalimantan, Sidoarjo, dan Surabaya. Tiga daerah itu merupakan langganan petani tomat Kota Batu karena harganya lebih tinggi.
"Setiap panen, saya kirimnya selalu ke daerah Kalimantan, Sidoarjo, dan Surabaya. Untungnya lebih banyak,” ungkap Samsul, petani tomat asal Dusun Santrean, Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, saat ditemui di lahannya.
Untuk satu kali kirim, biasanya ada satu ton tomat. Menurut Samsul, hasil itu dari panen dengan lebar lahan 1.200 meter. Misalnya saja jika harga di pasar lokal Rp 5 ribu per kilogram, saat dijual di pasaran Kalimantan, harganya berkisar hingga Rp 7 ribu. Karena itu, Samsul mengandalkan pasar luar daerah ini sejak lima tahun terakhir.
"Saya sudah lima tahun terakhir mengandalkan pasar luar daerah. Kalau pasar di Malang Raya, ketika banyak yang nanam, bisa buang-buang," ucapnya.
Hal senada juga diungkap Mujiadi, petani Desa Beji, Kecamatan Junrejo. Dia menjelaskan, sejak 9 tahun terakhir dirinya tidak pernah menjual tomat di daerah Malang Raya. Sebab. pasar luar daerah lebih menjanjikan dibandingkan dengan pasar Malang Raya.
"Selama ini petani banyak kirimnya di daerah sendiri. Karena itu, banyak tidak lakunya. Apalagi kalau pas harga turun sekali. bbsa dibuang-buang. Karena itu, kami lebih mengandalkan pasar luar daerah," kata dia. (*)