MALANGTIMES - Warga Desa Ngadas di kaki Gunung Semeru dan Bromo tidak mau kejadian keracunan gas yang menewaskan tujuh orang terulang. Karena itu, warga yang didominasi Suku Tengger itu mengadakan ritual Ngepras.
Baca Juga : 10 Daerah Resmi Dapat Persetujuan Terapkan PSBB
Ritual tersebut diadakan baik setelah kejadian keracunan kemarin (29/9/2017) dan pada hari berikutnya. Tujuannya agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di Desa Ngadas.
Dalam ritual kepercayaan adat tersebut, warga menyediakan sesaji berupa ayam panggang, pisang, jadah yang kemudian didoakan oleh pemuka adat atau pemimpin ritual sebagai tolak bala. "Doanya ya bahasa Jawa Tengger, yang dibacakan oleh pemuka adat Pak Sutomo. Namun ritualnya cuma sebentar, sekitar lima menit," ujar Kades Ngadas Mujianto.
Ritual ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Ritual ini hanya bisa digelar manakala terjadi kejadian yang tidak wajar seperti musibah. "Kalau untuk orang yang meninggal biasa, ritual ini nggak dilakukan. Dilakukan hanya untuk kejadian-kejadian seperti musibah. Ritualnya sendiri disaksikan seluruh warga," jelasnya.
Sementara itu, dari data yang berhasil dihimpun, tidak semua korban tewas keracunan gas berasal dari Malang. Ada pula yang berasal dari luar kota.
Baca Juga : Viral! Mobil Jenazah Terjebak Lumpur Usai Pemakaman Pasien Covid-19
Nama-nama tujuh korban tersebut adalah Hasrul Trio Purnomo (29), tukang bangunan yang beralamat di Desa Mojodadi, Kecamatan Kedungpring, Lamongan; Ahmad Syaifudin (38), warga Wonorejo RT 5 RW 2 Poncokusumo; Muh. Yusuf (21), warga Jakgung Suprapto I No 93 Kota Malang.
Kemudian Nur Rokim (33), warga Desa Wonorejo, RT 5 RW 2, Poncokusumo; Jumadi( 34), warga Desa Gedog Wetan, Turen, Kabupaten Malang; Imam (19), warga Desa Wonorejo, Poncokusumo; dan Cak Ir, warga Desa Wonorejo, Kabupaten Malang. (*)