MALANGTIMES - Instruksi penayangan film G 30S/PKI yang dianggap masih kontroversial di masyarakat oleh Panglima TNI RI, ternyata diikuti juga oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur (Jatim) melalui surat seruan kepada seluruh pimpinan Kabupaten/Kota se-Jatim dan ormas serta takmir masjid untuk nonton bareng (nobar) film tersebut.
Surat seruan MUI Jatim tertanggal 26 September 2017 perihal nobar film karya Arifin C Noer yang menelan biaya super mahal pada masanya, yaitu Rp 800 Juta ini, ternyata telah direspon oleh pemerintahan kecamatan di Kabupaten Malang.
Baca Juga : Viral Surat Stafsus Jokowi untuk Camat, Dicoreti Bak Skripsi hingga Berujung Minta Maaf
Sejak berita ini ditulis, desa telah mendapat undangan tertulis dari kecamatan untuk menyaksikan bersama film yang mengisahkan pengkhianatan partai terlarang ini, Jumat (29/09) malam.
"Ia ini kita dapat undangan Nobar film PKI dari kecamatan," kata salah satu perangkat di salah satu desa di wilayah Kecamatan Kromengan, Muklis, Rabu (27/09).
Saat ditanya mengenai seruan dari MUI Jatim tentang nobar film yang melibatkan ribuan pemain dan pernah menjadi film wajib sejak era Presiden Soeharto, dia menjawab tidak mengetahuinya.
Hal serupa juga dinyatakan oleh beberapa perangkat lainnya di Kecamatan Kepanjen, Sumberpucung dan lainnya. Rata-rata mereka tidak mengetahui adanya seruan dari MUI Jatim maupun dari MUI Kabupaten Malang.
Lepas dari ketidaktahuan tersebut, geliat besar dari berbagai elemen masyarakat setelah adanya instruksi dari Panglima TNI mengenai penayangan dan nobar G30S/PKI cukup besar dan direspon baik.
MUI Jatim bahkan dalam surat seruannya memang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk nobar film tersebut tanggal 30 September datang.
Baca Juga : Viral Video Warga Beri Semangat kepada Pasien Positif Covid-19
Di surat tersebut juga dicantumkan bahwa seruan untuk nobar tersebut tidak bertujuan untuk menghembuskan kebencian. Tapi, untuk mengingatkan kepada generasi penerus terhadap masa lalu yang kelam yaitu tragedi Pemberontakan G 30S/PKI agar tidak terulang kembali.
Lepas dari berbagai kepentingan mengenai penayangan film yang sempat vakum bertahun- tahun ini dari berbagai elemen masyarakat, masyarakat cukup antusias menyambutnya.
Sebagian karena rasa penasaran karena belum pernah melihat film tersebut. Yang lainnya untuk sekedar bernostalgia dengan film yang dulu sempat akrab dengan kehidupan mereka.
Sebagian lain menonton karena alasan yang bersifat lebih luas, yaitu menumbuhkan sifat nasionalisme serta untuk menjaga kesatuan NKRI dari berbagai faham yang dilarang oleh negara seperti komunis.