Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Lapsus Kota Malang Kehilangan Tokoh Karismatik, Gus Lukman (8)

Kisah Seorang Santri yang Diminta Gus Lukman Ikhlas Mengabdi

Penulis : Wahida Rahmania Arifah - Editor : Lazuardi Firdaus

08 - Sep - 2017, 16:01

Kepergian ulama karismatik asal Malang, KH Lukmanul Karim bin Abdullah Fattah (Gus Lukman) diiringi hujan tangis dari ratusan santri Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang (foto: dok/MalangTIMES)
Kepergian ulama karismatik asal Malang, KH Lukmanul Karim bin Abdullah Fattah (Gus Lukman) diiringi hujan tangis dari ratusan santri Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang (foto: dok/MalangTIMES)

MALANGTIMES - Jumat (8/9/2017) pukul 02.10 WIB, KH Lukmanul Karim bin Abdullah Fattah (Gus Lukman) berpulang. Menurut keterangan kakak kandungnya, Rektor Universitas Brawijaya Prof. Mochammad Bisri, sang adik menderita sakit yang disinyalir sebagai gejala stroke. 

Baca Juga : Dewan Nilai Dirut PDAM Tak Penuhi Kompetensi, Usul Konkret Dicopot

Pemakaman ulama karismatik itu dilaksanakan pada Jum'at pagi sekitar pukul 09.00 WIB di kompleks Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh kawasan Puncak Joyo Agung Kota Malang. Hujan tangis mewarnai prosesi pemakaman. Ratusan santri berpakaian putih mengiringi jasad sang ulama hingga ke liang kubur. 

Sosok Gus Lukman tetap hidup di sanubari santri Ponpes Bahrul Maghfiroh. Sebelum berpulang untuk selamanya,  seorang santri tiba-tiba dipanggil Gus Lukman. Ada apa? Simak wawancara khusus wartawan MALANGTIMES dengan santri tersebut berikut ini. 

Tubuhnya cukup tinggi, sekitar 175 centimeter. Menggenakan jubah warna biru muda, pemuda itu keluar dari aula pondok pesantren. Kulitnya kuning langsat. Ia tersenyum simpul saat media online ini memperkenalkan diri. Pemuda itu menolak namanya ditulis. Ia pun tak mau diambil gambarnya oleh siapapun. Maka, sebut saja dia sebagai SA. 

SA lantas mengajak MALANGTIMES duduk di pelataran aula. Kesedihan masih nampak di wajahnya. Linangan air mata tergambar jelas di kedua bola mata SA. Ia mengaku masih shock kiai yang ia cintai berpulang untuk selama-lamanya. 

"Kalau firasat. Sudah seminggu saya merasa Gus (Gus Lukman, red) tidak akan sembuh dan meninggal. Entah kenapa. Kalau mimpi saya mimpi beberapa kali. Persisnya saya lupa tapi Gus banyak pesan pada saya," cerita SA lirih. 

SA lantas mengalihkan pandangan dan menatap ke lantai. Ia lantas menarik nafas panjang. "Dalam mimpi Gus pesan pada saya agar saya ikhlas mengabdi pada pondok. Gus titip pada saya dan ada seorang ustadz juga. Saya juga diberi Gus hadiah," kata santri berdarah Arab itu. 

SA menutup mata pelan. Ia lantas menceritakan bila ia bukanlah santri yang cukup dekat dengan Gus Lukman. Dibanding santri lain, SA jarang mengobrol dengan Gus Lukman. 

"Saya tidak pernah berhenti berdoa untuk Gus. Saya ingin dekat dengan Gus. Alhamdulillah Allah menjawab doa saya, Gus Lukman memanggil saya," imbuh SA. 

Ia menjelaskan saat itu Gus Lukman sudah dalam kondisi kurang sehat, saat menemui sang kiai, SA mengaku ia diminta untuk melanjutkan studi di Negeri Yaman. SA mengaku pertemuan mereka terjadi sebelum bulan Ramadhan.

Baca Juga : Pipa Terus Bocor, Wali Kota Malang Sutiaji Beri Komentar Ini

"Gus bilang saya harus urus paspor karena Gus akan sekolahkan saya di Kota Tarim, di Yaman. Gus juga bilang mau berangkat haji dengan saya," ujarnya. 

Belum selesai ia melanjutkan kata-kata, santri asal Maluku itu kembali menunduk. Ada tangis yang ia tahan sedari wawancara dimulai. Gus Lukman menginginkan agar SA melanjutkan studi di kota suci di Yaman, Kota Tarim. 

"Tapi saya diam saja. Saya menunggu Gus panggil saya lagi. Tapi Gus enggak manggil saya lagi karena beliau sudah meninggal dunia sekarang," tutur SA lantas menghela nafas. 

Pertemuan terakhir SA dengan Gus Lukman terjadi di rumah sakit. Saat itu, SA duduk di sebelah Gus Lukman yang sedang terbaring lemah. "Gus seperti ingin mengucapkan sesuatu pada saya tapi sulit," kata dia. 

Tak berhenti di situ, pertemuan sang kiai dan santri yang amat merindukan sosoknya itu terjadi di alam mimpi. SA mengaku Gus Lukman mendatangi ia dalam mimpi dan menginginkan agar SA membersihkan makom dan membeli bunga.

"Saya mimpi Gus minta saya bersihkan tempat dzikir dan juga makom yang ada di bagian bawah aula itu. Trus saya memang yang ditugasi beli bunga mawar dan sedap malam," ujar SA. 

SA lantas mengusap wajahnya, nampak ekspresi kesedihan kala ia melanjutkan cerita. "Uang saya cuma Rp 50 ribu. Kok ya kemarin itu harga bunga biasanya Rp 15 ribuan tiba-tiba jadi Rp 35 ribu. Lalu, Gus dalam mimpi saya bilang begini ya sudah Le, beli bunga besok saja dan hari ini benar saya beli bunga untuk kepergian Gus," ujarnya. 

Meski baru setahun belakangan dekat dengan Gus Lukman, banyak kenangan dan impian sang kiai yang disampaikan pada SA. Suka duka kehidupan seorang Gus Lukman juga diungkap SA. Apa saja kenangan pada sosok Gus Lukman dari santri terdekatnya itu? Simak ulasannya pada bagian selanjutnya. (*)


Topik

Lapsus Kisah-Seorang-Santri Gus-Lukman KH-Lukmanul-Karim-bin-Abdullah-Fattah Tokoh-Karismatik kota-malang


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Wahida Rahmania Arifah

Editor

Lazuardi Firdaus