MALANGTIMES - Di tengah kegarangannya di lapangan, ternyata ada juga kisah nakal yang mewarnai permainan para punggawa Arema. Hal itu tak lain untuk menakuti lawan agar tidak berani macam-macam jika bertemu dengan pemain Singo Edan. Simak kisahnya.
Baca Juga : Dewan Nilai Dirut PDAM Tak Penuhi Kompetensi, Usul Konkret Dicopot
Spesial HUT Arema, MALANGTIMES akan sedikit mengulas perjalanan para pemain dalam menjalani setiap pertandingan kompetisi nasional.
Di era kompetisi Galatama XII 1992/1993, siapa yang tidak mengenal punggawa Arema. Kala itu Arema diperkuat pemain-pemain seperti Sukriyan, Yanuar 'Begal' Hermansyah, Nanang Hidayat, Kuncoro, Aji Santoso, Joko Slamet, Agus Yuwono, Agus Purwanto, Mecky Tata, Dominggus Nowenik, Stepanus Korwa, Jamrawi, Joko 'Gethuk' Susilo, Jonathan, Hari 'Hunter' Siswanto, Mahmudiana, Andhik, Imam Hambali, Singgih Pitono, Marsaid dan Maryanto.
Ke-21 pemain tersebut bisa marajai sepak bola Indonesia dan mewakili Merah Putih di Liga Champions Asia.
Namun tahukah anda tentang kenakalan pemain Arema saat melakukan persiapan sebelum turun di pertandingan.
Striker andalan Arema yang kini menjadi pelatih Arema FC, Joko 'Gethuk' Susilo menceritakan pengalamannya saat ia masih menjadi pemain kepada para pembaca MALANGTIMES.
Sebelum pertandingan Joko Susilo bersama rekannya mempunyai ritual khusus untuk menjatuhkan mental lawan tandingnya, yaitu dengan memakai balsem yang ditaruh di tangan mereka sebelum masuk lapangan.
Bayangkan saja, balsem adalah krim untuk memanaskan otot, namum oleh pemain Arema digunakan sebagai senjata untuk turun di pertandingan.
Baca Juga : Pipa Terus Bocor, Wali Kota Malang Sutiaji Beri Komentar Ini
"Itu dulu zaman saya jadi pemain, balsem itu saya gosokkan di tangan untuk menghadapi lawan yang nakal juga," ucap Joko Susilo sembari tersenyum karena mengenang masa lalunya.
Pasti pembaca MALANGTIMES penasaran untuk apa balsem digunakan di tangan pemain Arema sebelum turun di pertandingan.
Usai memimpin latihan Arema FC, dengan santai Joko Susilo menceritakan pengalamannya tersebut. Pada kompetisi Galatama era 1992/1993, pertandingan selalu berjalan dengan tempo cepat yang berujung pada permainan keras, alhasil tabrakan antar pemain maupun sleding-sleding keras selalu tersaji pada pertandingan. Bahkan, perkelahian di tengah lapangan juga tak bisa terhindarkan.
"Pertandingan zaman dulu itu sangat keras, beda dengan sekarang yang mengandalkan kepintaran. Kalau dulu tidak keras ya malah sakit semua," urai pelatih Arema FC ini.
"Balsem saya taruh di tangan itu gunanya jika pemain yang nakal di lapangan, ya langsung saja saya kasihkan di mukanya. Jadi seperti orang cuci muka, pasti panas juga kan kalau ke muka," sambungnya.