dd nana
Namaku Iman
'Yang suci selalu gelisah dan tak pernah pongah atas janji surga'
Baca Juga : KITAB INGATAN 101
1. Karena dia selalu percaya, di bagian paling ceruk, yang tersembunyi dari ragawi, ada belasan hewan liar yang tak bisa diceraikan. 'Maka aku masih menggonggong, mengaum. Sesekali aku juga mencabik-cabik surga yang dipetakan para nabi terdahulu. Aku tak pernah suci dan belum merupa paras laut yang mensucikan,'.
Lantas, dia ambil air wudlu, belajar terus menegakkan diri. Serupa alif yang dihafalnya semenjak kanak.
2. Namaku Iman, buah harap orang tua. 'Kelak miliki kekuatan hati para nabi dan wali,'. Aku belajar mengaji seperti sekawananku, dulu dan kini. Tapi, pesona ragawi selalu menggoda mataku. Aku rakus melahap raga-raga pesona di keramaian. Aku lahap memamah syahwat di ruang-ruang persembunyian. Tapi namaku masih Iman. Masih sembahyang, mengaji, berpuasa dan sesekali berderma. Tapi jemariku juga masih sibuk menyimpul simpulkan kenikmatan ragawi.
Suci?
3. Pernah aku buat perahu dari aksara 'ba' dengan titik syahwat yang kusembunyikan di dasarnya. Tepat di tengahnya. Membayangkan alun gelombang dengan kiri kanan ikan yang beterbangan. Di atas, langit disepuh jubah malaikat. Sambil mengayuh perahu, aku bayangkan Khidir mengajakku berbicara.
'Iman, seberapa murni hatimu di tengah alun gelombang? Apa kau tak lelah sembunyikan noda dunia. Tikamlah ragamu itu. Jelmalah bunyi senyap gelombang,'ujarnya sambil menyodorkan sekilap belati yang disepuh matari.
Maka aku sibuk melepas debu-debu di bajuku. Kupilan menjadi dua lingkaran kecil yang aku sebut 'ta'.
Baca Juga : KITAB INGATAN 100
4. Dia bermimpi, menjadi segitiga paramida. Yang diatasnya dia bertahta, bertumpu pada kepala-kepala yang lainnya. Agar kuat berkuasa, dia beli perahu nuh untuk berlayar di alun kehidupan. Iman merasa senang setelah berbagai daratan di taklukkannya. Sampai suatu ketika seekor burung berbicara padanya. 'Tsa' yang kau tunggangi hanya memberimu sepi. Jadilah sahaya dahulu sebelum kau menaikinya.
Iman yang merasa suci dilanda demam sunyi.
5. Maka Iman belajar bekerja. Mengeratkan sakit luka, melenturkan kesombongan raga. Ditekuknya kepala, dibusungkannya hati yang terselip merana. Tapi, kakinya malah tidak menapak tanah yang mengembunkan hikayat penciptaannya.
Bagaimana cara aku menjadi 'Jim' yang sempurna?
6. Ha, He, Ho. Dilafalkannya aksara yang dibawa langit ke tenggorokannya. Iman terlihat begitu tersiksa, karena ia terbiasa melantunkan Ha, Ha, Ha di ruang-ruang yang dihuninya.
7. Seseorang yang akrab dengan sunyi memberinya sebentuk nada. Yang dilafalkan akan berbunyi asing di telinga Iman. Dia terkekeh saat mencobanya dan digoreskannya nada itu dalam kepalanya. 'Serupa manusia yang duduk selonjor'katanya.