Pilkada Kota Malang 2018 sudah di depan mata. Gejolak politik pun kian terlihat ke permukaan.
Suasana hangat jelang pesta demokrasi lokal ini tidak hanya terasa di partai politik sebagai pengusung para calon yang akan meramaikan pertarungan, organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) pun mulai terang-terangan menyatakan sikap politiknya jelang Pilwali 2018.
Baca Juga : Peduli Covid-19, Hawai Grup Sumbang Ratusan APD ke Pemkot Malang
SIkap politik dan dukungan formal ini disampaikan setelah Pengurus Cabang NU (PCNU) Kota Malang menggelar pertemuan khusus dengan sejumlah Kiai di Pondok Pesantren asuhan KH Abdurrahman Qomari, Jumat (23/6/2017) lalu.
Secara umum pertemuan itu menghasilkan kesepakatan PCNU Kota Malang merekomendasi Abah Anton, sapaan akrab Wali Kota Malang HM Anton, untuk maju kembali menjadi Calon Wali Kota Malang priode 2018 - 2023.
Ketua PCNU Kota Malang Dr Isroqunnajah mengatakan tempat pertemuan ini merupakan cikal bakal bersatunya pasangan Anton-Sutiaji (AJI) pada Pilwali sebelumnya.
Jika dijabarkan secara lebih detail, pertemuan itu menghasilkan beberapa poin penting, di antaranya hasil evaluasi kinerja Wali Kota Malang H Moch Anton yang dinilai memuaskan.
"Terbukti dari banyaknya masyarakat yang masih menginginkan Abah Anton menjadi wali kota dan pembangunan yang semakin tertata," ujar pria yang akrab disapa Gus Is ini.
Atas penilaian tersebut, para Kiai masih berharap agar Abah Anton bersedia maju pada Pilwali mendatang dengan menggandeng wakil wali kota yang memiliki visi dan misi yang sama.
Pernyataan ini sekaligus juga merespons langkah politik yang diambil Wakil Wali Kota Malang Drs Sutiaji dengan mendaftar sebagai bakal calon wali kota Malang lewat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Viral Surat Stafsus Jokowi untuk Camat, Dicoreti Bak Skripsi hingga Berujung Minta Maaf
Menurut para Kiai langkah politik Sutiaji ini berpotensi menimbulkan perpecahan di tubuh NU Kota Malang.
Sebab, Sutiaji merupakan salah satu kader NU yang selama ini ikut bersama-sama para Kiai menjalankan dan membesarkan PCNU Kota Malang.
Oleh karena itu, strategi politiknya yang mulai tidak dinilai tidak sejalan dengan sikap politik para Kiai di Kota Malang dianggap membahayakan keutuhan suara politik warga NU Kota Malang.
Gus Is menegaskan, hal ini harus disikapi dengan baik. "Selama ini yang aktif melakukan komunikasi dengan PCNU dan para Kiai adalah Abah Anton, sehingga diharapkan ini menjadi pertimbangan fokus suara warga NU," tegas pria berkaca mata ini.
Dia juga menyampaikan agar warga NU tidak terpecah belah oleh informasi politik yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.