MALANGTIMES - Keindahan Pantai Pasir Panjang Ngliyep di Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, diyakini sebagian masyarakat diselubungi aura mistis yang kental.
Aura mistis ini menguar dari keberadaan makam keramat yang disebut Gunung Kombang. Makam itu selalu ramai dikunjungi pada hari-hari besar keagamaan oleh para peziarah, baik masyarakat sekitar maupun dari luar daerah.
Baca Juga : Viral Video Warga Beri Semangat kepada Pasien Positif Covid-19
Gunung Kombang yang berupa batu karang yang berada di area Ngliyep ini dipercaya masyarakat sebagai tempat penampakan penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul, tepatnya di rumah kecil (pesarehan) yang ada di wilayah tersebut. "Kepercayaan ini sudah tumbuh dari generasi ke generasi di sini. Maka di sini setiap tahunnya diadakan upacara labuhan sebagai bentuk rasa hormat dan syukur terhadap pemilik lautan ini," kata Misdi, kepala desa Kedungsalam, Jumat (23/06).
Gunung Kombang selain dijadikan tempat upacara labuhan masyarakat setempat, konon juga dipercaya sebagai tempat pertapaan nyai sebelum menjadi penguasa pantai selatan. Menurut cerita umum, kata Misdi, Kanjeng Ratu Kidul pada mulanya bernama Dewi Retna Suwida, seorang putri dari Pajajaran, anak Prabu Mundhingsari dari istrinya yang bernama Dewi Sarwedi, cucu Sang Hyang Saranadi, cicit raja siluman di Sigaluh.
Karena adanya suatu petaka yang menimpanya, yaitu seluruh wajah dan tubuhnya terkena penyakit kulit (lepra), sang putri melarikan diri dari keraton dan bertapa di Gunung Kombang. "Ya di situlah konon Nyi Rara Kidul bertapa," ujar Misdi yang menunjukkan Gunung Kombang yang dihubungkan oleh jembatan bambu. Selama bertapa, sering tampak kekuatan gaibnya, dapat berganti rupa dari wanita menjadi pria atau sebaliknya.
Sang putri wadat (tidak bersuami) dan menjadi ratu di antara makhluk halus seluruh Pulau Jawa. Istananya di dasar Samudera Indonesia. Tidaklah mengherankan karena sang putri memang mempunyai darah keturunan dari makhluk halus.
Diceritakan selanjutnya, setelah menjadi ratu, sang putri lalu mendapat julukan Kanjeng Ratu Kidul Kencanasari. Ada juga sementara orang yang menyebut Nyai Lara Kidul (di Keraton Surakarta sebutan Nyai Lara Kidul adalah untuk patihnya, bukan untuk Kanjeng Ratu Kidul sendiri). Malahan ada juga yang menyebutnya Nyira Kidul.
Dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), keberadaan Nyi Roro Kidul dimulai dengan pertemuan seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, yang bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya.
Baca Juga : Mokong Keluyuran Malam Hari, Warga Jalani Rapid Test Covid-19 di Tempat
Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.
Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan serta intrik-intrik cinta di istana bawah airnya hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan.
Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa. Dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.
"Lepas dari mitos atau kepercayaan tersebut, Ngliyep dan sekitarnya ini adalah destinasi wisata yang sangat memesona bagi para pengunjung. Bahkan katanya tahun ini jadi prioritas wisata," kata Misdi. (*)