MALANGTIMES - Rasa cinta anak-anak muda terhadap bangsa dan negara Indonesia kurang. Buktinya, banyak generasi penerus yang cuek dengan kebudayaan Indonesia. Padahal, mereka yang seharusnya berkiprah melestarikan budaya Indonesia.
Kebudayaan itu salah satunya adalah tari. Namun, bentuk seni tersebut kurang diminati anak muda era sekarang. Malah lebih banyak yang meminati tarian dari luar negeri.
Tetapi, sikap cuek itu tidak berlaku bagi wanita cantik bernama Halwa Nadiatina Laila ini. Tidak seperti anak muda zaman sekarang yang kurang peduli terhadap kekayaan tarian Nusantara, gadis yang akrab disapa Nadia itu sangat menggandrungi tari tradisional Indonesia. Dia malah menyayangkan hal tersebut bisa terjadi pada negeri yang mempunyai presiden pertama bernama Soekarno ini.
"Sayang sekali anak muda sekarang malah lebih memilih tarian luar daripada negaranya sendiri. Bahkan ada juga yang tidak tahu tari tradisional dari negaranya sendiri. Padahal itu bisa meningkatkan rasa cinta terhadap negaranya," tandas Nadia kepada MALANGTIMES.
Menurut dia, setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Salah satu bentuk ciri khas kebudayaan tersebut diwujudkan dengan tarian khas masing-masing setiap daerah.
Musik dan gerak menciptakan sebuah keindahan tarian yang menceritakan kekayaan dan keanekaragaman bangsa. Sehingga kurang lebih terdapat 3.000 tari tradisional di Indonesia. Perkembangan seni tari di Indonesia sendiri tergolong cukup berkembang setelah sempat "mati suri" beberapa tahun belakangan ini.
Kesukaan Nadia terhadap tarian tradisional sudah terbentuk sejak duduk di bangku SMA tahun 2010. Lalu dia iseng mengikuti organisasi tari yang bernama Waranggani di kampus pada tahun 2013. Nadia mencoba belajar tari untuk mencintai Indonesia.
"Dulu iseng aja nyoba kegiatan yang bikin enjoy. Ya jadinya ikut nari. Itu kan juga bagian dari meneruskan perjuangan bangsa," tutur mahasiswi Universitas Islam Malang ini. "Ternyata seiring waktu, menarik banget mempelajari berbagai macam tarian dan bangga bisa menarinya," sambungnya lantas tersenyum manis.
Wanita kelahiran 3 Januari 1994 ini sukses mempelajari beraneka ragam tarian tradisional dan sering tampil dalam kegiatan yang diadakan kampusnya. Calon dokter muda dan grup tarinya ini pun sukses dan pernah mendapatkan juara II lomba tari yang diadakan Universitas Indonesia di Jakarta.
Apa yang dilakukan Nadia menjadi contoh masih ada kaum muda mudi yang tetap bangga dan terus melestarikan budayanya di tengah banyaknya tarian-tarian luar yang mencoba masuk ke negara Indonesia. "Semoga tarian adat di Indonesia dapat lebih dikembangkan lagi dan dilestarikan oleh generasi mudanya sendiri," harap dia. "Terutama mahasiswa. Kan mahasiswa dianggap sebagai penggerak dan penerus bangsa," imbuhnya.
Untuk kalian muda mudi Indonesia. mulai sekarang berbanggalah terhafap kebudayaan bangsa kita, termasuk tarian tradisional. Itu secara tidak langsung meneruskan perjuangan bangsa, bahkan bisa lebih mengangkat nama Merah Putih lewat kesenian. (*)