MALANGTIMES - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh tanggal 2 Mei, terus dijadikan cermin dan momentum bagi seluruh pendidik maupun pemangku kepentingan dalam menciptakan pendidikan yang merata dan berkualitas.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Lepas dari seremonial yang terkadang lengket dalam setiap peringatan nasional, Hardiknas menjadi momentum penting dalam mewujudkan Laku Telu Ki Hajar Dewantara (1889-1959), pahlawan dan tokoh yang menanamkan pendidikan sebagai alat perlawanan melawan kebodohan dan penjajahan.
Hal ini kembali ditegaskan oleh Bupati Malang, Dr. Rendra Kresna dalam Hardiknas yang dilaksanakan di stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Selasa (2/5/2017) yang dihadiri peserta dari 44 pleton Satsikmil Ajendam V/Brawijaya, gabungan guru tenaga pendidik, anggota IGTKI, HIMPAUDI, IGRA, Mahasiswa UNIRA & STIKes Kepanjen, Siswa SMA/KN 1 Kepanjen, serta 1.000 siswa SMPN 4 Kepanjen.
"Laku Telu Ki Hajar Dewantara selalu relevan untuk kita jadikan momentum bagi kita semua. Nilainya yang wajib diteladani dan dipraktekkan," kata Rendra yang memimpin peringatan Hardiknas.
Laku Telu Ki Hajar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini merupakan konsep saling jaga, saling bantu dalam frasa jawa yaitu “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani” yang berarti apabila di depan memberi teladan, apabila di tengah memberi inspirasi dan apabila di belakang memberi dorongan.
"Konsep inilah yang harus diaplikasikan bukan sekadar diingat dan dijadikan simbol saja," ujar Rendra kepada MALANGTIMES.
Dia juga memberikan ilustrasi saat dunia pendidikan mengalami krisis keteladanan dan praktek pendidikan mandeg tidak mencerdaskan, maka aplikasi Laku Telu inilah yang harus dijalankan bersama-sama.
Baca Juga : Hingga Pertengahan April, 4 Kali Tanah Longsor Terjadi di Kota Batu
"Seluruh komponen harus tampil, beraksi dalam saling jaga dan saling bantu. Bukan sekedar guru yang bertanggungjawab untuk urusan pendidikan," tutur Rendra.
Kondisi pendidikan saat ini berbeda dengan zaman dulu. Walau konsepnya sama, mencerdaskan dan membebaskan kebodohan, tantangannya kini semakin kompleks.
Selain ilmu pengetahuan yang wajib dikuasai, para peserta didik sekarang ini juga dituntut menguasai bidang keterampilan hidup, vokasi dan profesi di abad 21 ini.
Artinya, kualitas pendidikan menjadi harga mati agar generasi kini siap menjadi penerus tongkat estafet bangsa dalam persaingan yang semakin kompleks.
“Kualitas bisa diraih dengan konsep Ki Hajar Dewantara. Yang di depan, di tengah dan di belakang harus padu, bersama-sama," ungkap Rendra yang menegaskan jangan sampai seluruh komponen tersebut terjebak menjalankan kewajiban sekedar menjalankan tupoksinya saja.