-Teringat Yasser Arafat-
Istri saya adalah perempuan cantik bernama palestina
Di kamp-kamp pengungsian
Baqaa, Ein el-hilweh, Mieh mieh
5,5 juta orang yang rindu pulang kerumahnya sendiri
tertunduk dengan genang air mata yang meletus
letus, mengoyak langit, penyaksi bisu segala kejadian
dihari itu, moncong-moncong senjata api yang diacungkan berjuta tangan penuh debu, begitu serentak meletus, membaluri langit dengan kesedihan, mengabarkan duka yang tak berkesudahan
Abu Ammar, telah terbaring selamanya, mengepakkan sayapnya menuju singgasana keabadian, tempat yang dijanjikan.
Semayamkan jasadku di Jerusalem Timur
Hingga mampu kucium aroma Al-Aqsa dalam tidur panjangku.
Dunia ikut terpaku,
Seperti aku.
Lantas, orang-orang mencatat dengan gegas
Menggambar segala rupa timur tengah yang terus terbakar
di buku-buku gambar yang penuh dengan lubang peluru
dan cerita duka
mari kita gambar darah yang satu, bersama-sama
mari kita warnai kedaulatan yang satu, bersama-sama
hingga tercipta lukisan utuh yang pernah
digambarkan Abu Ammar di debu timur tengah ini
Wajah palestina yang satu, tumpah darah kita yang satu
mari kita saling berdekapan, hingga perbedaan
mencair menjadi peluru yang sama, ranting zaitun yang sama
untuk palestina merdeka
karena Sharon dan Bush masih ada, masih ada.
saya datang dengan senjata perjuangan disatu tangan, tetapi
membawa ranting zaitun di tangan lain.
Janganlah ranting zaitun itu terlepas dari tangan saya.
Ya, aku pernah bermimpi di kamis malam
Ranting zaitun itu memancarkan aroma sedap malam
Disetiap relung-relung kamar para pejuang palestina, melegakan
Kedamaian, meluaskan kasih sayang
hingga senjata-senjata perjuangan yang selalu disandang
kini tersimpan rapi di laci meja, dan
berjuta senyum lahir bersamaan di tepi barat dan jalur Gaza
semakin menguatkan
Istri saya adalah perempuan cantik bernama palestina
Tetapi, televisi kembali mengabarkan
Tentara Israel kembali menggambar kekerasan, terus menerus
Memaksa ranting zaitun itu tak pernah berkembang
Menyeruakkan aroma sedap malam di relung-relung jiwa
Rakyat palestina
Memaksa senjata-senjata perjuangan terus mendongakkan kepalanya
karena Sharon dan Bush masih ada, masih ada.
Kamis, 11 November 2004
di Rumah Sakit Militer Percy Perancis
Seluruh anak manusia yang memahami harga diri
menunduk seperti langit yang mengabarkan
Seorang manusia penentu arah sejarah, Abu Ammar, menutup mata
Meninggalkan palestina yang masih saja bergejolak.
Dan, dikamar ini aku menggenggam begitu erat
Ranting zaitun dengan isak yang tertahan
Selamat jalan, wahai manusia yang namanya
Akan terus mengendap dihati para pejuang
Para pejuang beraroma melati atau kamboja
yang akan menghidupkan derapmu
Derap yang entah kapan berganti lagu-lagu kebebasan.
Aku masih melihat sengkarut di negeri yang kau cintai
Lebih dari kau cintai raga dan jiwamu itu.
PERCAKAPAN DENGAN KABEL TELEPON
bumbumbumbumbum
dekdakdekdakdekdak
taktaktaktaktaktaktik
kenapa kau lepaskan aku
di rimba nirvana ini.
dugdugdugdugdug
tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit
tersimpan dimana berhala itu
saku celana atau lubang tas
atau...
hahahahahahahahah
itu sembilu kekasih
kau tahu
Baca Juga : Selami Diri Manusia di Album 'Awake', Monohero Usung Falsafah Jawa
bumdektakdugtiiiiit
ah……….
malam pecah ketubannya
aku yang terkesiap dengan getar
tartartartartartartartartartir
bukankah itu getir
berdarah aku.
kamu dimana
siapa disana
aku disini
berdentumdentum berderakderak
sembilusembilusembilu
pecah
ah kelamin
ah panas tubuh yang memeluk
bibir yang menggigil
otak yang meringkuk
kukukukukukukukukun
aku menjadi mangkuk
ah kelamin
cinta
aku terbakar
kamu dimana
siapa disana
aku terbakar
karkarkarkarkartu
siapa
ah kelamin.
Aku bakar rokok
lagilagilagila.