Serial Puisi "Kitab Ingatan"
dd Nana*
KITAB INGATAN (5)
-yang bersenggama itu
ditiupkannya keluh pada semua yang terbuka
ditiupkannya jenuh pada semua yang terkatup
jelmalah kita. manusia. yang penuh. yang utuh. Yang begitu rapuh.
KITAB INGATAN 6
BLUE JEAN’S NOMOR 1
yang lebih terluka
adalah dada yang terbuka
tanpa bahasa
maka, tak perlu kau jayakan nama-nama dan benda-benda
yang memberi kita luka.
BLUE JEAN’S NOMOR 2
Lantas harus kubahasakan apa
Langit yang terbuka dengan segala tanda
Bukankah hidup adalah kesementaraan
Yang cerewet.
KITAB INGATAN 7
ini Februari
siapa yang menautkan ingatan tentangmu, drupadi
hujan telah lama menepi
ikrarmu, telah lama mati
di mata nisanku yang kau hitamkan
dengan arang peperangan itu.
ini Februari
mantramu semakin tua.
matamu semakin menepi
dari cahaya-cahaya yang memberikan warna-warna
angka-angka dalam lingkaran-lingkaran karma.
masih kau tak berbusana, kini, drupadi.
ini Februari
entah kenapa, namamu, seketika mengekal
mengental dalam ingatan berdarah-darah ini.
KITAB INGATAN 8
Equilibrum Yang Rapuh
Ditepi padam
Semburat waktu adalah bimbang
Memeram dingin tanya dalam degup jingga
Tak beraroma, hanya sepia
Mengulang kekalahan dengan keriangan pagi yang masih begitu basah.
-Bayangkan sisipus tertawa.
Berdiam dalam diri atau memutar jarum jam
Aku terengah, mengunyah rempah bahasa
Masa depan, labirin tak terpecahkan.
-jalanan meruncingkan cecabang, daging kulit adalah hamparan padang, tempat kau menulis sajak percintaan, lantas apa yang harus diperbincangkan malam ini ?
maka, bibir tersihir
dengan leleh darah, tidak terlalu barah, ditepi aksara
antara sajak yang coba dilupakan dengan gairah diujung padam
kenangan itu masih memercik
seperti kunang-kunang yang larut pada malam.
-bayangkan aku menjelma alhalaj atau siti djenar
-jangan kau sia-siakan rindu dendam yang lama berakar ditelapak tangan itu, meski udara tidak menari di dirimu, kini.
Baca Juga : KITAB INGATAN 100
Melautlah lebih panjang, lebih telanjang menantang segala yang berpantang, seperti mereka yang dibakar dan diarak dalam hiruk kemenangan waktu.
Di tepi padam
Aku terengah, muntah
dalam ulir setengah malam
tidak menjadi siapapun.
-berdiam dalam diri atau memutar jarum jam.