Cerbung
MENGELUPAS BERSAMAMU (3)
dd nana
Maaf kalau aku mengecewakanmu. Untuk menjadi ular tidak cukup sekedar mampu mendesis dan merayap”
“Lantas, aku harus bagaimana lagi…”
“Tidakkah kau tahu untuk mencapai kamil, tubuhmu harus menjelajahi rasa sakit. Sehingga disuatu titik kau mampu menikmati rasa sakit dengan senyum dan syukur.”
Baca Juga : WORO & The Night Owls Gebrak Maret dengan Album Perdananya
“Apakah aku mampu melewati jalan itu, sedangkan tubuhku telah meminta rebah berulang kali. Dan kau tahu aku hanyalah manusia biasa, bukan nabi”
“Karena kau manusia biasa, maka aku sudi memberimu pengetahuan. Bersabarlah…sebentar lagi waktunya akan datang”
Pengetahuan yang lahir dari mulutnya kembali melilitku. Rasa sakit masih terasa di kulit.
Ah, sakit…sosok tak tampak yang begitu perkasa meraja disetiap tubuh yang berdaging. Sejengkal rasa dalam pikiran. Dan, kini aku mulai bermetamorfosa menjadi sosok baru dalam lilitan rasa nyeri.
Dengarlah, desisku semakin sempurna, kulitku semakin peka menangkap setiap getar yang ada. Dan aku mulai terbiasa untuk merayap serata tanah. Sosok yang cukup indah untuk tubuh retak ini. Sosok yang mulai kuhikmati, sosok seekor ular. Lihatlah, tubuhku mulai berkilau dan desisku mulai berirama.
Inilah waktu yang kau tunggu, kekasih. Sekarang masuklah lebih dalam di garba kesenyapan. Selimuti tubuhmu dengan diam. Dan bukalah seluruh panca inderamu. Banyak warna yang akan mendatangimu. Singkirkanlah, karena warna-warna itu akan menutup jalan kelahiranmu. Kini dengarkan segala yang berkata-kata dalam tubuhmu dan ikutilah. Ikutilah. Ikutilah.
“Tunggu dulu….”
“Masih pentingkah pertanyaan-pertanyaanmu mengenai aku di saat seperti ini, kekasih?”
Baca Juga : Film Dokumenter The Beatles 'Get Back' Rilis September 2020
“Untuk terakhir kalinya, biarkan aku kembali bertanya tentangmu….aku mohon ”
“Mmmfhh…kau masih saja seperti manusia….Baiklah, aku jelaskan siapa diriku. Namaku Iblis…..”
"Iblis ?? kalau kau Iblis kenapa wajahmu kencana. Terutama kenapa kau bimbing aku menemukan jalan ini. Jalan kesenyapan. Jalan yang diajarkan manusia-manusia suci. Kau pasti sedang berbual…”
“Kenyataan memang selalu melampaui kehendak. Aku sedang tidak berbual. Akulah Iblis, makhluk yang selalu menjadi kambing hitam bagi segala penyebab bencana. Dan, kini aku lelah untuk terus menjadi tempat hujatan. Maka aku berikan pengetahuan ini untukmu”
“Lelah…?? Ha..ha…ha…..apakah Iblis memiliki rasa lelah..Ha…ha…ha….. sudahlah jangan bercanda lagi…”
“Apakah hanya kau yang dianugerahkan rasa lelah, apakah hanya para suci yang berhak membimbing manusia-manusia pecah ?. Lantas apakah kelahiranku hanya sekedar membinasakan..Ya, aku lelah. Dan ini bukan sebuah canda seperti kau kira”.
“Maaf, aku…….” (bersambung).