MALANGTIMES - Dalam memperingati Hari Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-66, IDI Cabang Malang Raya menggelar aksi demo putih di Halaman Gedung Kartini Jalan Jangkuban Perahu 1B, Malang, Senin (24/10/2016) siang.
Baca Juga : Tiga Tenaga Kesehatan Positif Covid-19 di Kota Malang Sembuh
Terlihat, puluhan anggota IDI Cabang Malang Raya berbaris sembari membawa banner yang bertuliskan 'IDI Cabang Malang Raya menolak Prodi (Program Studi) DLP (Dokter Layanan Primer) yang menyebabkan pemborosan'.
Mereka melakukan aksi demo lantaran menolak rencana pendirian Program Studi (Prodi) tersebut. Dokter Layanan Primer (DLP) yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dokter umum tersebut harus ditempuh melalui tambahan pendidikan selama 2-3 tahun.
Ketua IDI Cabang Malang Raya, Dr. Enny Sekar Rengganingati, MM., mengatakan penolakan rencana pendirian Prodi DLP yang dilakukan IDI Cabang Malang Raya, karena pendidikan dokter layanan primer jangka waktunya menjadi lebih lama dan secara otomatis kebutuhan biaya pendidikan semakin bertambah.
''Adanya aturan seperti itu kami menolaknya. Karena dampaknya akan menjadi beban masalah tambahan biaya bagi mereka, khususnya orang yang kurang mampu,'' kata Enny.
Baca Juga : Tanggap Covid-19, Fraksi PKS DPRD Kota Malang Bagikan Ratusan APD ke Petugas Medis
Tak hanya itu saja, pendidikan ini juga berdampak pada mahasiswa yang lulus usai menerima pendidikan Standart Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) sebagai dokter layanan primer.
''Sehingga program DLP dianggap tidak menghargai kualitas pendidikan dokter di Indonesia,'' kata dia dengan tegas.
Dia menjelaskan, dampaknya nanti faktor dokter bukan merupakan satu-satunya pelaksanaan sistem kesehatan di Indonesia, tetapi banyak faktor lain berpengaruh seperti ketersediaan obat, ketersediaan alat kesehatan, sarana yang memadai dan dana operasional yang cukup.