MALANGTIMES- Budidaya salibu atau singgang dalam varietas padi yang dilakukan oleh kelompok petani dan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Disperbun) Kabupaten Malang rupanya terbukti menguntungkan.
Budidaya tersebut telah mampu mengefisiensikan biaya produksi petani sebesar Rp 3,5 juta sekali panen serta hasil panen berkali-kali di lahan yang sama.
"Budidaya padi salibu atau singgang di 10 kecamatan walau dalam taraf uji coba telah mampu menekan biaya petani sebesar Rp 3,5 juta. Hal ini telah dibuktikan oleh kelompok tani di Kecamatan Pakisaji dan Singosari," kata Slamet Budi Samsul, Kasie Padi Disperbun Kabupaten Malang di ruang kerjanya, Rabu (24/08/2016).
Budidaya padi salibu yang ditemukan oleh R. Dimas dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPT) Sumatera Barat sejak tahun 2010 ini mulai diadopsi petani di Kabupaten Malang tahun 2014. Budidaya ini merupakan sistem budidaya padi dengan memanfaatkan potensi tunas atau anakan dalam tanah setelah dipanen dan dipelihara kembali secara intensif dengan potensi produksi seperti induknya.
"Dengan teknologi salibu atau singgang ini banyak memberikan keuntungan pada petani padi. Dengan tanam sekali bisa panen sampai tiga kali dalam setahun dengan lahan yang sama. Tentunya secara langsung mampu meningkatkan hasil, hemat biaya produksi, benih, air, tenaga kerja serta ramah lingkungan," terang Slamet BS.
Data dari BPPT Kementerian Pertanian, hasil demplot atau uji coba budidaya salibu di Kabupaten Malang dengan hasil tanam utama sebesar 20,9 ton/ha hasil singgang sebanyak 6,5 ton/ha yang sudah dipanen dan sekitar 14,2 ton/ha yang belum panen.
"Hal ini menggambarkan dengan budidaya salibu atau singgang keuntungan petani bisa berlipat-lipat dibanding dengan budidaya padi konvensional," kata Slamet BS.
Potensi budidaya salibu dalam meningkatkan indeks pertanaman ini, direspon baik oleh Disperbun Kabupaten dengan program kerja demplot salibu di 10 kecamatan, yaitu Kecamatan Pagelaran, Singosari, Pakisaji, Donomulyo, Kalipare, Bantur, Gondanglegi, Tajinan, Kromengan dan Kepanjen.
"Kita bekerjasama dengan Gapoktan, dimana budidaya salibu akan diujicobakan seluas 1 ha di kabupaten untuk tahun ini. Tahun depan menjadi 5 ha. Selain hal tersebut, dinas juga mengalokasikan anggaran bagi 10 kecamatan ini untuk bantuan sarana produksinya," terang Slamet BS.
Selain keuntungan bagi petani padi, kendala lapangan budidaya salibu atau singgang ini dalam masa uji coba seluas 1 ha di kabupaten tahun ini adalah masa panen tidak bersamaan dengan petani padi konvensional yang menyebabkan organisme penggangggu tanaman (OPT) sepeeti tikus, burung ataupun hama menyerang padi salibu
Baca Juga : Keren! Ini Robot untuk Sterilisasi dan Disinfeksi Ruang Isolasi Pasien Covid-19
"Salibu tidak menunggu masa tanam lagi seperti budidaya konvensional yaitu 1-2 bulan. Saat yang konvensional panen, padi salibu masih dalam pertumbuhan. Di sinilah kendala padi salibu, OPT akan menyerbu lahan yang masih berkembang saat lahan lainnya sudah kosong," ujar Slamet BS.
Dalam mengatasi kendala di lapangan tersebut, Slamet BS menyampaikan juga bahwa Disperbun akan siap memberikan bantuan berupa jaring dalam rangka menghadapi OPT khususnya burung bagi petani padi salibu.
"Selain itu kita juga memiliki program tahun depan kalau budidaya salibu ini sudah massif, disperbun akan alokasikan anggaran untuk pengadaan mesin penyiang padi (power widder) bagi petani.(*)