MALANGTIMES - Kalau Anda berkunjung ke Kota Blitar mungkin yang terpikir dalam benak Anda adalah berkunjung ke makam Sang Proklamator Presiden Pertama RI Ir.Soekarno.
Tentunya kalau Anda lebih detail tak cuma itu. Belakangan ini mulai ramai dibicarakan ada tempat wisata yakni pusat barang-barang antik dan kuno.
Baca Juga : Uniknya Penginapan Berkonsep Gajah, Bangunannya Sudah Berumur 139 Tahun
Ratusan bahkan ribuan barang antik dan kuno tersimpan dan terkemas dengan apik pada satu tempat yang diberi nama Omah Jadoel.
Berdiri dekat komplek pemakaman Bung Karno yang berjarak hanya 60-an meter merupakan pilihan tepat pada para wisatawan setelah berziarah di Makam Bung Karno.
Dengan tiket masuk Rp.10.000/orang, pengunjung sudah bisa meneliti dan melihat sepuasnya benda-benda kuno yang sekarang pasti sudah sulit ditemui di masyarakat.
Pertama kali memasuki Omah Jadoel, pengunjung disambut dengan replika delman yang sekarang sudah mulai sangat langka di masyarakat.
Di dalam Omah Jadoel pengunjung juga akan menemui benda kuno seperti radio, mesin hitung, alat musik zaman dulu yang masih tertata rapi dan ribuan benda kuno lain.
Pengelola Omah Jadoel, Ida Suhardja (65) menjelaskan memang awalnya koleksinya merupakan warisan dari keluarga, namun makin lama ia sendiri tertarik untuk mengumpulkan barang antik hingga ide mendirikan Omah Jadoel itu kemudian muncul.
Bahkan Koleksi Omah Jadoel tidak hanya dari Indonesia tetapi dari negara lain seperti Cina, Jepang dan Belanda.
Dari sekian banyak koleksi barang-barang antik di Omah Jadoel ada yang menarik perhatian pengunjung diantaranya cawan gemercik air yang hanya ada di Omah Jadoel dan Makau Cina.
Ada juga Guji berdengung yang merupakan alat terapi untuk melancarkan aliran darah. Cara menggunakannya pun unik yakni dengan mengesekkan telapak tangan agar bunyi dengungan itu keluar.
Namun ada satu lagi barang antik yang sedikit membuat penasaran yaitu guci tera kota yang menurut penjelasan pengelola Omah Jadoel merupakan guci yang berumur 400 tahun. Guci ini dulu digunakan untuk mengadili seseorang, karena saat itu belum terdapat peradilan.
Baca Juga : Wali Kota Batu Dewanti Minta Tukar Guling Lahan Situs Pendem, Bakal Dijadikan Cagar Budaya
Saat MalangTIMES berkunjung ke lokasi, Sang Pengelola Omah Jadoel mempraktekan cara penggunaannya pada pengunjung dengan menempelkan telingga ke mulut guci lalu mendengarkan apa yang didengarkan dalam guci.
Pengunjung sontak mengaku mendengar gemercik aliran air yang menandakan seakan ada aktivitas kehidupan di dalam guci. Namun Ida menegaskan bahwa tak ada unsur mistis pada proses ini.
"Ini bukan mistis, hanya penerjemahan dan bisa dijelaskan secara logika".jelas Ida.
Salah satu pengujung Omah Jadoel, Andika mengungkapkan rumah ini menyimpan aneka barang unik dan tempo dulu yang mengajarkan tentang pentingnya menghargai sejarah apalagi dengan barang unik-unik dan cocok untuk wahana edukasi.
Ida juga menjelaskan Museum ini sendiri didirikan dengan tujuan agar para generasi muda menyadari arti pentingnya mengenal sejarah dan menghargai karya-karya pendahulunya.
Poin positif ini terangkum dalam 5 langkah membangun rasa nasionalisme yakni mengenal, menghargai, mencintai, merawat, dan melestarikan. Semua itu bermuara pesan nilai bangsa yang besar adalah bangsa yang melestarikan warisan maha karya leluhurnya.
Dari tujuan-tujuan mulia tersebut Omah Jadoel sangat dijadikan destinasi wisata selain ke Makan Bung Karno