
MALANGTIMES - Sebanyak 20 mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Satwa melakukan aksi teatrikal di depan gedung Balaikota Malang Kamis (31/3/2016). Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk penolakan adanya sirkus lumba-lumba yang diselenggarakan di Lapangan Rampal Kota Malang.
Dalam aksi tersebut tampak salah satu mahasiswa berperan sebagai lumba-lumba sedang melakukan atraksi layaknya pawang lumba-lumba seperti yang terdapat di sirkus.
Ia membawa lingkaran dan menyuruh dua orang yang berperan sebagai lumba-lumba untuk meloncat ke dalam lingkaran tersebut.
Atas dasar hukum perlindungan lumba-lumba yang diatur pada UU No. 5 tahun 1990, PP No. 7 tahun 1999 dan PP No. 8 tahun 1999, mahasiswa meminta Wersut Seguni Indonesia (WSI) selaku penyelenggara sirkus segera menghentikan aktivitas sirkus tersebut.
Menurutnya aktivitas sirkus tersebut tidak sesuai dengan aspek kesejahteraan hewan.
"Sepertinya lumba-lumba di sirkus WSI juga ada indikasi malnutrisi, itu terlihat dari rusuknya, bisa jadi kurang asupan makanan atau stress karena jadwal pertunjukan yang ketat bisa 4-6 kali per hari," ujar Koordinator aksi C. Algriawan Bayu W.
Laki-laki jurusan kedokteran hewan Universitas Brawijaya Malang itu menjelaskan kondisi kolam yang sempit, air kolam yang berbeda dengan habitat aslinya serta ramainya suara penonton bisa menyebabkan lumba-lumba stress.
"Jadi lumba-lumba itu kan hewan yang sensitif terhadap bunyi, suara tepuk tangan dan teriakan para penonton bisa membuat lumba-lumba stress, apalagi dengan kondisi kolam yang sempit," imbuhnya.
Tidak hanya lumba-lumba, WSI juga menampilkan beberapa satwa dilindungi, seperti burung kakaktua jambul kuning, Otter (sejenis berang-berang), dan beruang madu. (*)