Merawat Budaya untuk Memperkuat Pendidikan: Edutalk FIP Unikama Dorong Paradigma Baru

Editor

Yunan Helmy

24 - Nov - 2025, 06:31

Forum Edutalk yang diselenggarakan FIP Unikama. (ist)

JATIMTIMES - Di saat banyak institusi pendidikan sibuk mengejar berbagai standar global, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) memilih langkah yang berbeda. Mereka mengajak seluruh insan akademik menengok ulang akar kebudayaan Indonesia melalui forum Edutalk  yang digelar di Auditorium Multikultural belum lama ini.

 Alih-alih menjadi seminar yang kering teori, ruang ini disulap menjadi tempat untuk menimbang ulang arah pendidikan nasional, sebuah pengingat bahwa modernitas yang tak berpijak pada budaya sendiri akan rapuh sejak awal.

Baca Juga : 2026, Dispendik Kabupaten Malang Targetkan 10 Ribu Siswa Miliki Rata-Rata Nilai 90

Di tengah sesi tersebut, hadir Asc Profesor Neni Mariana PhD, akademisi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), yang menjadi pusat perhatian. Dalam pemaparannya, Prof Neni menolak anggapan bahwa budaya hanya tinggal cerita masa silam. Baginya, nilai-nilai budaya adalah “napas hidup” yang mampu memberi ruh pada proses belajar. Ia menjelaskan bahwa etos kerja, gotong royong, hingga kearifan ekologis berbagai etnis di Nusantara dapat diramu menjadi pendekatan pedagogis yang membumi, memberi warna pada kelas yang selama ini terlalu dikuasai hafalan dan rutinitas teknis.

1

Tanggapan kritis datang dari Dekan FIP Unikama Dr Cicilia Ika Rahayu Nita MPd yang mengapresiasi gagasan tersebut namun mengingatkan agar itu tidak berhenti sebagai jargon. Ia menegaskan bahwa tugas perguruan tinggi adalah memastikan ide tersebut diterjemahkan ke program nyata di ruang kuliah dan sekolah. “Tantangan terbesarnya adalah bagaimana kita merancang ‘jembatan’ yang menghubungkan teori budaya yang adiluhung dengan praktik pembelajaran di sekolah-sekolah yang nyata,” ujarnya, menyoroti perlunya langkah-langkah aplikatif dan terukur.

Keberhasilan upaya merawat budaya sambil memperkuat pendidikan, bakal bergantung pada komitmen berbagai pemangku kepentingan untuk merancang ekosistem belajar yang akrab dengan identitas lokal. Jika visi itu dapat diwujudkan, pendidikan Indonesia tak hanya menghasilkan lulusan yang terampil, tetapi juga manusia yang teguh memegang jati dirinya, berdiri kokoh di tanah tempat ia bertumbuh.

Diskusi yang berlangsung tidak hanya menyentuh aspek teori, tetapi membuka percakapan lebih luas tentang masa depan pendidikan Indonesia. Edutalk 2025 menegaskan bahwa kecakapan akademik tidak bisa berjalan sendirian; ia membutuhkan pemahaman yang kuat terhadap akar budaya bangsa.

Baca Juga : Wali Kota Blitar Tegaskan Komitmen Kota Ramah Lansia lewat Penyaluran PKH Plus 2025

 FIP Unikama pun menempatkan dirinya bukan sekadar sebagai pabrik calon guru, tetapi sebagai laboratorium pelestarian budaya yang relevan bagi generasi mendatang.