Mengenal Rafflesia Hasseltii, Bunga Langka yang Dianggap Punah Kini Ditemukan Kembali 

21 - Nov - 2025, 11:01

Kolase foto bunga Rafflesia hasseltii. (Foto: @oxford_uni)

JATIMTIMES - Penemuan langka terjadi di hutan Sumatera Barat. Setelah 13 tahun pencarian, ilmuwan akhirnya kembali menemukan Rafflesia hasseltii, salah satu spesies Rafflesia paling langka di Indonesia. Bunga ini muncul di Hiring Batang Somi, Kecamatan Sumpur Kudus, pada Rabu (19/11) malam. 

Video penemuan bunga Rafflesia hasseltii ini pun viral di media sosial hingga menuai sorotan publik. Banyak warganet yang mencaritahu soal bunga ini. 

Baca Juga : Sinergi Pemkot Blitar–Perpus Bung Karno: Puncak Pancasila Fest 2nd dan Hari Wayang Dunia Berjalan Meriah

Rafflesia hasseltii dikenal dengan cirinya yang unik, tenda bunga berwarna merah darah, dihiasi bintik-bintik putih bulat di bagian kelopak. Spesies ini hanya bisa tumbuh di lokasi tertentu dan bergantung penuh pada tanaman inang, sehingga populasinya sangat rentan.

Dalam video yang diunggah akun Instagram Universitas Oxford, @oxford_uni, seorang pemandu terlihat menangis saat berhasil menemukan bunga tersebut. Septian Andriki atau akrab disapa Deki mengaku sudah menghabiskan 13 tahun mencari Rafflesia hasseltii. "Selama 13 tahun. Saya sangat beruntung," ungkap Deki, dikutip detikcom, Jumat (21/11). 

Deki menemukan bunga itu bersama Dr Chris Thorogood, Wakil Direktur sekaligus Kepala Bidang Ilmu Pengetahuan di Kebun Raya dan Arboretum Universitas Oxford. Mereka menyusuri hutan hujan Sumatera siang dan malam demi memastikan bunga langka ini benar-benar mekar.

"Saya berkesempatan untuk melihat jamur Rafflesia berwajah harimau (Rafflesia Hasseltii). Mungkin saya sangat beruntung, dan saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga, saudara," kata tim tersebut.

"Dan teman-teman saya yang telah membantu dan mendukung kerja keras saya selama beberapa tahun menunggu dan bersabar tentang di mana dan kapan bunga ini mekar," lanjutnya.

Penemuan lain juga terjadi pertengahan tahun ini di Desa Tanjung Agung, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan. Bunga tersebut pertama kali terlihat oleh seorang warga bernama Bendriansyah saat patroli mandiri di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), sekitar 10 kilometer dari permukiman warga.

"Bunga tersebut ditemukan oleh warga bernama Bendriansyah saat melakukan patroli mandiri. Bunga tersebut mekar di sebuah hutan area TNKS yang berjarak 10 km dari permukiman warga," kata Faried, Kepala SPTN 5 BBTNKS.

Faried menambahkan, bunga yang ditemukan itu memiliki tinggi 12 cm, diameter 52 cm, dan kelopak selebar 16 cm. Durinya bahkan mencapai panjang 15 cm. 

"Rafflesia Hasseltii ini merupakan kali pertama mekar di daerah Tanjung Agung. Penemuan ini sendiri menunjukkan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam upaya perlindungan dan pemantauan keanekaragaman hayati, khususnya spesies endemik yang dilindungi," jelasnya.

Baca Juga : Kalender Jawa Weton Jumat Pahing 21 November 2025: Hari Baik untuk Bepergian!

Sempat Dianggap Punah

Rafflesia hasseltii pernah masuk daftar spesies yang dikhawatirkan punah. Warnanya yang merah darah dengan bercak putih membuatnya mudah dikenali, tetapi sekaligus sangat rapuh. Populasinya kecil dan penyebarannya terbatas, sehingga kemunculannya sulit diprediksi.

Pada Mei 2025, bunga ini juga ditemukan kembali di Muratara, Sumsel. Meski begitu, jumlahnya tetap sangat sedikit.

Menurut penjelasan Prof. Agus Susatya, bunga ini sudah ditemukan sejak sekitar tahun 1879 dan tersebar di beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Bengkulu, hingga Kalimantan Barat. Namun, populasinya tetap tergolong jarang.

"Malah di (beberapa tahun yang lampau itu) dia dianggap punah," ungkap Prof. Agus, dikutip Kompascom, Jumat (21/11/2025).

Ia menyebut, meski pernah muncul kembali dan ditemukan mahasiswa di Jambi, populasi Rafflesia hasseltii tetap kecil dan terfragmentasi. Masa mekar bunganya juga hanya tujuh hari, dengan puncak selama dua hari saja. "Memang populasinya kecil, ya. Bunganya dalam satu lokasi itu mungkin, saya punya data itu, kurang dari 10 kuncup, ya," katanya.

Tidak semua kuncup itu akan mekar, karena banyak yang mati sebelum waktunya. "Kami menggolongkan R. hasseltii status konservasinya lebih ke arah critical endangered," ujar Prof. Agus. "Dia (bunga) kalau sebentar lagi kalau enggak ada proteksi, dia akan punah." tambahnya. 

Menurut Prof. Agus, strategi terbaik untuk menyelamatkan spesies ini adalah perlindungan in situ, melestarikan langsung di habitat aslinya. "Ya, di in situ, di tempatnya. Kita perlindungan di tempatnya dan mengurangi interaksi dengan manusia," jelasnya.