Pesona Desa Nglanggeran: Pesona Alam Binaan BI di Gunungkidul

Reporter

Eko Arif Setiono

Editor

Dede Nana

21 - Oct - 2025, 07:27

Para peserta Capacity Building Bank Indonesia Kediri saat mengunjungi pusat oleh-oleh Griya Cokelat.

JATIMTIMES - Siapa sangka, di balik tenangnya kawasan Gunungkidul, Yogyakarta, tersimpan destinasi alam yang begitu mempesona, Nglanggeran Desa wisata yang satu ini tidak cuma punya pemandangan cantik, tapi juga segudang daya tarik mulai dari gunung purba, embung yang Instagramable, sampai pengalaman seru berbaur dengan budaya lokal.

Gunung Nglanggeran terletak di kawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian antara 200-700 mdpl, tepatnya di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk. Kawasan ini merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan dan secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Tak heran, kawasan ini kemudian dijagokan sebagai taman bumi atau Geopark.

Baca Juga : Karier Lagi Moncer! 6 Zodiak Ini Diprediksi Banjir Apresiasi di Tempat Kerja

Meski telah menorehkan berbagai prestasi nasional dan dikenal luas dengan pesona Gunung Api Purba, Desa Wisata Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus beradaptasi menghadapi perubahan zaman.

Sebagai desa binaan Bank Indonesia (BI), Nglanggeran menjadi contoh sukses pengembangan ekonomi berbasis masyarakat, sekaligus laboratorium penerapan ekonomi kreatif dan digital di sektor pariwisata.

Desa Wisata Nglanggeran sendiri dikenal sebagai wisata alam Gunung Api Purba, yang menjadi magnet bagi pencinta alam dan petualangan. Selain hiking, trail run, dan wellness tourism, wisatawan juga disuguhi Embung Nglanggeran — waduk buatan yang berfungsi ganda sebagai sumber irigasi dan destinasi wisata favorit berlatar Gunung Api Purba.

Desa Wisata Nglanggeran memiiki oleh-oleh khas berupa minuman dan aneka olahan cokelat yang hadir dari tangan masyarakat Desa. Griya Cokelat Nglanggeran adalah produsen dan juga pusat oleh-oleh di Desa Wisata Nglanggeran. Dikembangkan sejak tahun 2014-2016 mendapatkan pendampingan dari Bank Indonesia. 

Bendahara Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran, Lilik Suharyanto, mengatakan  bahwa tantangan terbesar justru datang dari luar. Tidak semua pihak yang ingin berkontribusi pada pengembangan wisata memahami nilai dan arah yang diinginkan masyarakat lokal.

Para peserta Capacity Building Bank Indonesia saat mengikuti off road.

“Kadang konsep-konsep yang dibawa pihak luar tidak selaras dengan keinginan atau program masyarakat. Ini menjadi tantangan besar bagi kami untuk tetap menjaga jati diri dan arah pengembangan desa wisata,” ungkap Suhariyanto kepada jatimtimes.com.

Sebagai desa binaan BI, Nglanggeran mendapat berbagai bentuk dukungan, mulai dari penguatan kelembagaan, peningkatan literasi keuangan, hingga pengembangan produk ekonomi kreatif lokal. Kolaborasi ini mendorong masyarakat untuk lebih mandiri dan profesional dalam mengelola potensi desanya.

“Dukungan dari Bank Indonesia membuat kami semakin sadar pentingnya tata kelola keuangan yang sehat dan berkelanjutan. Ini membantu kami menjaga keberlangsungan ekonomi desa wisata,” jelasnya.

Selain itu, Suhariyanto menyebut arus digitalisasi menjadi tantangan lain yang harus segera diadaptasi. Perkembangan teknologi menuntut desa wisata untuk lebih sigap dalam promosi, manajemen, hingga pelayanan wisatawan.

Baca Juga : Kalender Jawa Selasa Legi 21 Oktober 2025: Hari Baik untuk Cari Rezeki, Tapi Hindari Emosi 

“Prestasi yang kami raih sejauh ini membuat kami harus terus berinovasi di bidang digital. Penguasaan teknologi jadi kebutuhan penting bagi pelaku wisata di desa,” ujarnya.

Tak hanya itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga menjadi fokus utama, terutama kemampuan berbahasa asing dan penerapan standar pelayanan wisatawan mancanegara.

“Kesiapan masyarakat dalam melayani wisatawan dengan standar yang lebih tinggi menjadi tantangan tersendiri,” imbuhnya.

Di sisi lain, sarana dan prasarana juga masih menjadi pekerjaan rumah. Meningkatnya jumlah wisatawan menuntut ketersediaan homestay, fasilitas pendukung, serta atraksi tambahan agar wisatawan bisa tinggal lebih lama di desa.

“Selain wisata alam, kami juga mengembangkan komoditas unggulan seperti durian. Embung Nglanggeran kini menjadi perpaduan antara wisata buatan dan potensi ekonomi masyarakat,” pungkas Suhariyanto.

Dengan berbagai tantangan dan inovasi yang dijalankan, Desa Wisata Nglanggeran terus meneguhkan diri sebagai contoh keberhasilan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan Bank Indonesia. Sebuah bukti nyata bahwa desa wisata bisa tumbuh berdaya tanpa kehilangan jati diri dan kearifan lokal.

Desa Wisata Nglanggeran bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga representasi dari harmoni antara alam, budaya, dan keberlanjutan. Dengan keindahan alam yang memukau, budaya lokal yang kaya, dan komitmen terhadap keberlanjutan, desa ini layak menjadi pilihan utama bagi para wisatawan yang mencari pengalaman autentik di Yogyakarta.