Mas Ibin dan Kaos Babune Masyarakat, Pengamat: Inilah Leadership by Example

Reporter

Aunur Rofiq

Editor

A Yahya

20 - Oct - 2025, 07:27

Wali Kota Blitar, Mas Ibin, tampak ikut menyapu usai kegiatan Car Free Day di Jalan Merdeka, Minggu (19/10/2025). Mengenakan kaos bertuliskan “Babune Masyarakat”, ia memberi contoh bahwa kepemimpinan sejati dimulai dari tindakan sederhana: melayani tanpa jarak. (Foto: Ist)

JATIMTIMES — Tindakan sederhana Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, saat mengenakan kaus hitam bertuliskan “Babune Masyarakat” dan ikut menyapu sampah di area Car Free Day (CFD) pada Minggu, 19 Oktober 2025, ternyata menyimpan pesan kepemimpinan yang dalam. Bagi sebagian orang, aksi itu mungkin tampak spontan, tetapi bagi para pengamat, langkah Mas Ibin justru mencerminkan filosofi kepemimpinan yang membumi dan otentik.

Menurut dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, Abdul Hakam Sholahuddin, tindakan simbolik tersebut menggambarkan semangat kepemimpinan Jawa yang berakar pada falsafah ngayomi dan ngawula, yakni pemimpin sebagai pelayan rakyat. “Mas Ibin sedang membangun narasi bahwa kekuasaan itu bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani.Ini pesan moral yang kuat di tengah krisis keteladanan publik," ujarnya saat diwawancarai, Senin (20/10/2025). “

Baca Juga : Wali Kota Blitar Dorong Penguatan Kapasitas ASN di Bidang Keamanan Siber

Hakam menilai, gaya kepemimpinan yang ditunjukkan Mas Ibin merupakan bentuk nyata dari prinsip leadership by example, yakni memimpin dengan memberi teladan. Ia melihat kehadiran wali kota di tengah warga CFD, ikut berolahraga, membeli dagangan, bahkan menyapu sisa acara sebagai simbol kuat dari kepemimpinan partisipatif.

“Ia mengaburkan jarak antara pemimpin dan rakyatnya. Ketika seorang wali kota mau memegang sapu, publik menangkap pesan bahwa pelayanan publik bukan tugas birokrasi semata, tetapi tanggung jawab moral,” tutur Hakam.

Dari sudut pandang komunikasi politik, Hakam menilai kaus bertuliskan “Babune Masyarakat: Kepemimpinan adalah tentang melayani, bukan dilayani” yang dikenakan Mas Ibin bukan sekadar gimmick atau pencitraan. Ia justru menyebutnya sebagai bentuk branding politik yang otentik.

Abdul Hakam

“Ia tidak sedang membuat slogan, tetapi mempersonifikasikan nilai yang diucapkannya. Dalam teori komunikasi politik modern, hal ini disebut embodied leadership, yakni ketika simbol dan tindakan pemimpin menyatu,” jelasnya. Hakam menambahkan, gaya seperti ini membuat masyarakat merasa memiliki kedekatan emosional dengan pemimpinnya.

Lebih jauh, Hakam melihat langkah Mas Ibin sebagai strategi pembangunan sosial yang cerdas. Dengan menjadikan CFD sebagai ruang kolaboratif antara pemerintah dan warga, ia menilai Pemkot Blitar sedang membangun modal sosial berbasis keteladanan.

“Kalau kepala daerah memberi contoh nyata, itu akan mengubah perilaku masyarakat tanpa perlu banyak instruksi. Orang jadi ikut menjaga kebersihan, ikut berpartisipasi, dan itu yang membuat pemerintahan berjalan efektif,” katanya.

Baca Juga : 10 Finalis Lomba Logo Pariwisata Malang Adu Kreativitas, 3 Terbaik Diumumkan Esok!

Dalam konteks pembangunan daerah, Hakam menilai keteladanan semacam ini adalah bentuk investasi jangka panjang. Kepemimpinan yang membumi, katanya, mampu membangkitkan partisipasi warga dan memperkuat rasa memiliki terhadap kota.

“Kota Blitar butuh pemimpin yang tidak hanya membuat kebijakan, tetapi juga hadir di tengah warganya.Dan dalam hal ini, Mas Ibin sudah menunjukkan bahwa Babune Masyarakat bukan sekadar tulisan di kaos, tapi semangat yang diwujudkan lewat tindakan,” ujarnya menutup percakapan. 

Mas Ibin

Di Kota Blitar, pesan sederhana itu bergema: kepemimpinan sejati bukan soal jarak dan jabatan, tetapi tentang ketulusan untuk melayani. Kota ini beruntung memiliki sosok pemimpin seperti Mas Ibin.