Ramai Dibicarakan Usai Kontroversi Trans7, Ternyata Begini Asal-Usul Pesantren di Indonesia
Reporter
Mutmainah J
Editor
Nurlayla Ratri
15 - Oct - 2025, 01:33
JATIMTIMES - Belakangan ini, pondok pesantren tengah menjadi pusat perhatian publik setelah salah satu stasiun televisi nasional, Trans7, menayangkan sebuah segmen yang dinilai melecehkan lembaga pendidikan Islam tersebut. Kejadian ini memunculkan kembali diskusi luas di masyarakat tentang peran penting pesantren sebagai benteng moral, pusat pendidikan, dan penjaga tradisi keislaman di Indonesia.
Namun di balik kontroversi yang mencuat, tak banyak yang mengetahui bahwa keberadaan pesantren di tanah air memiliki sejarah panjang yang berakar sejak berabad-abad lalu. Sejarah pesantren tidak hanya berkaitan dengan penyebaran Islam di Nusantara, tetapi juga menjadi bagian penting dalam perjalanan sosial, budaya, dan perjuangan bangsa Indonesia.
Baca Juga : Minimarket Tanpa Izin di Lowokwaru Disorot Dewan, Satpol PP: Kami Sudah Panggil Pengelola
Pesantren yang kini tersebar di seluruh penjuru negeri ternyata telah tumbuh dan berkembang sejak masa Wali Songo. Lembaga pendidikan Islam ini lahir dari semangat dakwah dan cita-cita luhur para ulama untuk mencetak generasi penerus yang berilmu, berakhlak, dan siap mengabdikan diri kepada masyarakat. Dari sinilah awal mula sistem pendidikan pesantren terbentuk, berkembang, dan menjadi fondasi kuat bagi lahirnya banyak tokoh besar, pemimpin umat, serta pejuang kemerdekaan.
Awal Mula Berdirinya Pesantren di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sistem pendidikan pesantren diyakini sudah ada sejak abad ke-14. Berdasarkan catatan Babad Demak, pesantren pertama kali muncul pada masa Sunan Ampel atau Raden Rahmat, salah satu tokoh Wali Songo yang hidup di masa pemerintahan Prabu Kertawijaya dari Kerajaan Majapahit.
Tujuan utama pendirian pesantren kala itu adalah untuk mencetak calon kiai dan ulama yang siap berdakwah serta menyebarkan ajaran Islam ke berbagai daerah. Para santri yang telah menimba ilmu di pesantren kemudian mendirikan lembaga serupa di wilayah masing-masing, sehingga sistem pendidikan ini terus berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Pesantren Era Wali Songo: Sunan Gresik Sebagai Pelopor
Dalam buku Walisongo karya Asti Musman dijelaskan bahwa jejak pesantren di Indonesia bahkan bisa ditelusuri lebih awal, yakni sejak masa Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim—ayah dari Sunan Ampel. Sunan Gresik mendirikan pesantren untuk mempersiapkan kader dakwah yang akan meneruskan perjuangannya menyebarkan Islam di Tanah Jawa dan wilayah Nusantara lainnya.
Menariknya, konsep pesantren ini memiliki kemiripan dengan tradisi pendidikan agama Hindu dan Buddha pada masa sebelumnya. Para biksu dan pendeta Brahmana kala itu membangun pusat ajaran agama untuk mendidik calon pemimpin spiritual. Sunan Gresik kemudian mengadaptasi sistem ini dengan nilai-nilai Islam, menjadikannya bentuk pendidikan khas Nusantara yang berorientasi pada pembinaan ilmu dan akhlak.
Awalnya, Sunan Gresik mendirikan sebuah masjid sebagai tempat ibadah dan dakwah. Seiring bertambahnya jumlah pengikut, ia menyediakan tempat tinggal bagi para muridnya agar mereka bisa fokus menimba ilmu agama. Dari sinilah lahir konsep pondok pesantren, dengan Sunan Gresik sebagai tokoh pelopornya di Tanah Jawa.
Perkembangan Pesantren di Era Sunan Ampel
Istilah pesantren mulai populer di masa Sunan Ampel. Berdasarkan jurnal karya Adnan Mahdi berjudul Sejarah dan Peran Pesantren dalam Pendidikan di Indonesia (Jurnal Islamic Review Vol. II, April 2013), Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di wilayah Ampel, Surabaya. Tempat ini menjadi pusat pendidikan Islam terbesar di Jawa pada masa itu.
Santri dari berbagai penjuru, termasuk dari Gowa dan Tallo (Sulawesi), datang untuk menimba ilmu di pesantren Sunan Ampel. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Sunan Giri, pendiri Pesantren Giri Kedaton di Gresik. Dari pesantren ini pula lahir tokoh penting seperti Raden Patah, yang kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Demak—kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri di bawah bimbingan para Wali Songo.
Baca Juga : Ratusan Santri Malang Raya Tuntut Trans7 Minta Maaf ke Kiai Secara Langsung
Keberadaan pesantren di era Wali Songo bukan hanya menjadi pusat penyebaran Islam, tetapi juga wadah pembentukan karakter, budaya, dan solidaritas umat. Para santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga mengasah keterampilan sosial dan kepemimpinan, yang kelak berperan penting dalam pembangunan masyarakat.
Masa Suram Pesantren di Era Kolonial Belanda
Memasuki masa penjajahan Belanda, pesantren menghadapi masa-masa sulit. Pemerintah kolonial berusaha membatasi ruang gerak lembaga pendidikan Islam melalui kebijakan Wilde School Ordonantie atau Ordonansi Sekolah Liar. Peraturan ini mengharuskan setiap lembaga pendidikan non-pemerintah memiliki izin resmi dari Belanda.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk membungkam gerakan pendidikan Islam yang dianggap dapat memicu perlawanan rakyat. Bahkan, Belanda melarang pengajaran kitab-kitab klasik Islam di beberapa wilayah karena dinilai berpotensi membangkitkan semangat jihad dan nasionalisme di kalangan santri. Akibatnya, banyak pesantren yang terpaksa ditutup atau bergerak secara sembunyi-sembunyi demi mempertahankan eksistensinya.
Kebangkitan Pesantren di Masa Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, pesantren kembali bangkit dan memainkan peran besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Para kiai dan santri ikut terjun ke medan perang melawan penjajahan. Salah satu tokoh penting adalah KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), yang mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad—menyatakan bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya wajib bagi umat Islam.
Sejak saat itu, pesantren tidak hanya menjadi lembaga pendidikan agama, tetapi juga benteng moral, budaya, dan nasionalisme. Banyak pesantren yang kemudian bertransformasi menjadi lembaga pendidikan formal dan modern, tanpa meninggalkan tradisi khasnya seperti pengajian kitab kuning, sistem asrama, serta hubungan erat antara kiai dan santri.
Dari masa Wali Songo hingga era kemerdekaan, pondok pesantren telah menjadi bagian penting dari perjalanan panjang bangsa Indonesia. Ia bukan sekadar tempat menuntut ilmu agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter, moral, dan perjuangan. Di tengah arus modernisasi dan kemajuan teknologi, pesantren tetap berdiri kokoh sebagai pilar pendidikan Islam yang berperan besar dalam membentuk generasi berilmu, berakhlak, dan cinta tanah air.