Dua Siswi SDN Sawunggaling Buka Peluang Lolos Final dengan Manfaatkan Bidara dan Minyak Jelantah Bekas

Editor

Yunan Helmy

24 - Sep - 2025, 07:43

Naziya Putri Syafira Ariwibowo, yang duduk di kelas 5 (kiri), dan Felychia Rosalina Putri, yang duduk di kelas 4, saat mempresentasikan hasil penelitian kepada rekan-rekan dan guru.

JATIMTIMES - Dua siswi SDN Sawunggaling 1 berjuang menembus final Putri Lingkungan Hidup Kota Surabaya 2025. Proyek yang dilakukan keduanya pun cukup membuat decak kagum.

Kedua siswi bernama Naziya Putri Syafira Ariwibowo, yang duduk di kelas 5, dan Felychia Rosalina Putri, yang duduk di kelas 4, memakai objek yang tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari. 

Baca Juga : Bupati Sanusi Buka PKKMB Universitas Kepanjen, Ajak Mahasiswa Kuasai Teknologi dan Terus Berinovasi

Naziya memakai bahan utama tanaman bidara. Sedangkan Felychia memakai minyak goreng bekas atau jelantah sebagai media utamanya.

''Awalnya, ide dari kami dan siswa untuk mencari yang terbaik. Setelah ketemu, barulah proyeknya kami daftarkan ke pihak Tunas Hijau sebagai panitia  penyelenggara lomba Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup Kota Surabaya,'' ungkap Koordinator Bidang Kesiswaan SDN Sawunggaling 1 Qomarul Lailiah.

Pendaftarannya, ungkap guru yang akrab disapa Lia itu, dilakukan melalui online. Pendaftaran sudah dilakukan beberapa bulan lalu. 

''Sekarang, sudah masuk ke tahap keempat. Kalau lolos dari tahap ini, kedua siswi SDN Sawunggaling 1 ini akan lolos ke babak final,'' jelas Lia yang juga seorang wasit bulu tangkis internasional dan sudah dua kali bertugas di Olimpiade, Tokyo 2020 dan Paris 2024, tersebut.

Menurut dia, pihak sekolah melalui Kepala Sekolah Mochamad Taukit, MPd berharap agar Naziya dan Felychia bisa lolos ke babak menentukan itu. Bahkan, pada Rabu pagi (24/9/2025), keduanya tampil di depan rekan-rekannya, guru, dan juga wakil dari Tunas Hijau. 

Naziya sendiri ikut mengajak rekan-rekannya melakukan pembibitan tanaman bidara. Sebanyak 1.500 bibit disemaki di kebun belakang SDN Sawunggaling 1. 

Sebelumnya, putri salah satu perwira TNI-AL itu menjelaskan tentang apa tanaman bidara. Apalagi, tanaman tersebut kebetulan ada di rumahnya. 

Tanaman ini sejenis pohon kecil yang dikenal dengan nama ilmiah Ziziphus mauritiana. Dalam bahasa daerah di Indonesia, bidara juga sering disebut widara, dara, jujube, atau indian jujube. 

Tanaman ini sudah lama dikenal dalam tradisi, baik sebagai tanaman obat maupun tanaman yang memiliki nilai religius. Bidara tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan iklim kering. Di Indonesia, bidara banyak ditemukan di daerah pesisir, lahan kering, atau daerah dengan intensitas sinar matahari tinggi. ''Sekarang di rumah banyak bibit bibit tanaman bidara,'' ujar Naziya.

Baca Juga : UMM Hadirkan Profesor asal Italia, Bedah Logoterapi Viktor Frankl hingga Psikologi Forensik

Oleh Naziya, bidara diprosesnya menjadi teh. Ternyata manfaatnya sangat banyak. Menurutnya, salah satunya sebagai obat tradisional untuk mengatasi demam, masalah pencernaan, hingga perawatan kulit. Buahnya kaya vitamin C dan sering dikonsumsi segar.

Sementara, Felychia memilih bahan minyak jelantah karena tak jauh dari kesehariannya. Sang ibu adalah pengepul minyak bekas gorengan itu. 

''Eman rasanya kalau dibuang begitu saja. Akhirnya, saya punya ide dan pihak sekolah memberikan dukungan untuk membuat proyek dari minyak jelantah,'' paparnya.

Lilin yang dibuatnya bahkan spesial. Ini dikarenakan ada aroma terapi dan pembuatannya dilakukan di depan rekan-rekannya. 

''Targetnya seribu liter minyak jelantah untuk membuat lilin beraroma terapi ini. Tidak mudah memang untuk mencarinya,'' Lia menambahkan.

Selain mendatangi para penjual gorengan, pihak sekolah juga mengajak para siswa membawa bekas minyak goreng yang ada di rumah. Hasilnya, 1.000 liter jelantah tersebut terpenuhi. Bahkan juga mendatangi salah satu hotel ternama di Surabaya. ''Semoga tahun ini, keduanya sama-sama bisa lolos ke final,'' tandas Lia.