Dipicu Salah Pola Asuh dan Perceraian Orang Tua, 7 Anak di Kota Batu Mengalami Gangguan Mental
Reporter
Prasetyo Lanang
Editor
A Yahya
01 - Sep - 2025, 04:00
JATIMTIMES - Persoalan kesehatan mental anak-anak terus menjadi perhatian Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Batu. Tercatat, ada 7 anak yang terkonfirmasi mengalami gangguan kesehatan mental sepanjang Januari hingga Agustus 2025.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DP3AP2KB Kota Batu Amida Yusiana mengatakan, jumlah itu termasuk tinggi. Sebab di tahun 2024 lalu, ada 9 laporan sepanjang tahun.
Baca Juga : Kota Batu Pilih Kurangi Jam Pelajaran daripada Sekolah Daring
Meski begitu, data tersebut tidak benar-benar merepresentasikan kondisi riil terkait kesehatan mental anak-anak di Kota Batu. Sebab, jumlah kasus yang dilaporkan dipercaya hanya sebagian kecil saja. Yang mana, dilihat dari sejumlah penyebab gangguan kesehatan mental yang paling banyak terjadi.
"Di antaranya salah pola asuh hingga perceraian orang tua. Pengidapnya kebanyakan anak-anak berusia di atas 10 tahun atau usia SMP," jelas Amida saat ditemui, belum lama ini.
Ia menerangkan, bentuk gangguan mental yang paling banyak dialami anak-anak yakni sulitnya bersosialisasi dan mengontrol emosi. Disinyalir, masalah itu akibat pola asuh yang salah. Misalnya sering membanding-bandingkan dengan anak lain, membentak, dan jarang mengapresiasi anak itu sendiri.
"Padahal kebanyakan anak hanya menginginkan dihargai, tapi perilaku pola asuhnya membuat anak merasa tidak disayang," tutur dia.
Selain itu, sambung dia, ruang komunikasi antara anak dengan orang tua harus dibangun sebaik mungkin. Sebab, banyak orang tua mengaku sibuk bekerja hingga tidak memiliki waktu untuk anak berkomunikasi secara dalam. Sedangkan anak membutuhkan ruang untuk bercerita dan didengarkan.
"Ada yang sampai menyakiti diri sendiri atau self injury, salah satunya stress imbas masalah keluarga atau dari perceraian orang tua," ungkapnya mencontohkan. Masalah tersebut termasuk yang paling parah dan berupaya terus dicegah.
Baca Juga : Deklarasi Damai Jogo Batu, Ribuan ASN Pemkot Batu Doa Bersama untuk Korban Demo
Pihaknya terus berupaya agar gangguan kesehatan mental pada anak semakin terlacak dan tertangani dengan baik. Itulah mengapa sosialisasi terus dia lakukan dengan gencar.
Dikatakannya, daei sosialisasi itu, pihak orang tua akhirnya melaporkan kondisi anaknya ke DP3AP2KB. Kendati harus diakui, jumlahnya masih sangat sedikit. Untuk itu, perlu ada upaya yang lebih ekstra untuk membangun kesadaran bersama.
"Khususnya bagi para orang tua. Agar layanan konseling atau pendampingan psikologis bisa terakses masyarakat," imbuhnya.