Tembakau Campalok, Warisan Mitos yang Bernilai Tinggi

Reporter

Romzul Fannani

Editor

A Yahya

24 - Jul - 2025, 01:11

Ilustrasi tanaman tembakau (Foto: Ist/JTN)

JATIMTIMES - Tembakau Campalok, dikenal sebagai tembakau khas Sumenep, sehingga banyak diminati oleh produsen rokok tingkat nasional. Tembakau ini menjadi komoditas unggulan bagi para petani di Dusun Jambangan, Desa Bakeong, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep.

Menurut sejarah lisan dari masyarakat, nama "Campalok" sendiri diambil dari nama bunga yang jatuh dari kepala Potre Koning di tempat itu, saat Putri Keraton Sumenep tersebut melakukan perjalanan menuju gua Jambangan untuk bersemedi.

Baca Juga : Semangat Petani Blitar Percepat Proyek Infrastruktur DBHCHT: Pekerjaan Rampung Sebelum Waktunya

Dari mitologi itulah, masyarakat percaya, tembakau Campalok yang khas dengan aroma dan rasa yang berbeda dipengaruhi oleh keberadaan bunga tersebut.

Salah satu sumber berita, asal Kabupaten Sumenep M. Rozien Abqori mengatakan bahwa tembakau tersebut hanya tumbuh di sekitar pohon tersebut, di dusun Campalok. Sehingga, produksi tembakaunya sangat terbatas. "Tanah juga di sana berbeda, subur, dan airnya sangat mendukung," ungkapnya melalui sambunhan telepon Whatsapp kepada media ini, Kamis (24/07/2025).

Pria yang akrab dipanggil Ozi itu juga menjelaskan, sejak dulu, tembakau Campalok dikenal sebagai tembakau termahal, karena kelangkaannya mempengaruhi harga jual. "Cuman beberapa kali saya merokok dengan tembakau Campalok. Rasanya memang berbeda," jelas pria asal Kecamatan Guluk-guluk tersebut itu.

Disitat dari unggahan akun Instagram @jatimpemprov, tembakau Campalok hanya dapat dipanen 14-15 kg per tahunnya.

Baca Juga : Gegodog 1676: Hari Saat Pangeran Purbaya Gugur dan Mataram Terkapar

Tembakau ini, dijuluki tembakau termahal di dunia, karena harganya yang mencapai 5 juta per kilo-gram. Tak heran, kualitasnya pun sepadan, selain memiliki tekstur yang lebut, warna merah kecoklatan, aroma yang khas, tembakau ini memiliki kandungan nikotin yang rendah, yakni hanya 0,5-0,8%, serta tidak meninggalkan bau apek pada mulut setelah dihisap.