Pedagang Bunga Ziarah Jalan Mawar Panen Berkah Jelang Ramadan
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
26 - Feb - 2025, 01:02
JATIMTIMES – Di sepanjang Jalan Mawar, Kabupaten Blitar, aroma bunga yang semerbak bercampur dengan hiruk-pikuk para pembeli dalam beberapa hari terakhir. Setiap menjelang Ramadan, deretan pedagang bunga ziarah dadakan bermunculan, menawarkan mawar merah dan kenanga kuning yang siap mengantarkan doa ke pusara para leluhur.
Dwi Lestari (47), seorang pedagang bunga yang telah bertahun-tahun menjalani usaha ini, tampak sibuk menimbang kelopak demi kelopak. “Harga bunga selalu naik saat menjelang Ramadan,” tuturnya tanpa menghentikan tangannya yang terampil meracik campuran mawar dan kenanga. Tahun ini, lonjakannya cukup drastis. Bunga kenanga yang biasanya dibanderol Rp 25.000 per kilogram kini melesat menjadi Rp 75.000 hingga Rp 80.000. Sedangkan mawar, yang dalam hari biasa dihargai Rp 200.000 per kilogram, kini menembus angka Rp 300.000.
Baca Juga : Redam Gejolak Harga Jelang Ramadan, Pemprov Jatim Gelar Gerakan Pangan Murah di Kota Batu
Kenaikan harga ini tidak menyurutkan pembeli. Setiap tahun, tradisi nyekar sebelum Ramadan menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Blitar dan sekitarnya. Mereka percaya, membersihkan makam dan menabur bunga adalah bentuk penghormatan dan harapan agar ibadah di bulan suci semakin berkah.
Sumarni, pedagang lain yang hanya berjualan bunga saat menjelang Ramadan dan Idul Fitri, mengungkapkan bahwa peningkatan penjualan sudah bisa diprediksi sejak awal bulan Syakban. “Setiap tahun seperti ini. Orang-orang ingin berziarah sebelum puasa, jadi permintaan naik drastis,” ujarnya. Ia memperkirakan harga bunga ziarah masih bisa merangkak naik hingga H-1 Ramadan.
Di antara para pembeli, Rina (36), seorang ibu rumah tangga, terlihat membolak-balik kantong plastik kecil berisi campuran mawar dan kenanga. “Dulu harganya cuma Rp 3.000, sekarang sudah Rp 5.000,” katanya, sedikit terkejut. Meski begitu, ia tetap membeli beberapa bungkus untuk berziarah bersama keluarganya. “Mahal, tapi ini bagian dari tradisi kami,” tambahnya.
Bagi pedagang bunga seperti Dwi dan Sumarni, momen ini adalah anugerah. Dalam sehari, Sumarni bisa menjual hingga satu kuintal bunga. Pendapatan mereka meningkat berkali lipat dibanding hari biasa. “Kalau lagi ramai, bisa habis sebelum sore,” kata Sumarni.
Baca Juga : Bank Jatim Gelar Sharing Session Bidang Human Capital untuk Tingkatkan Sinergi Antar Anggota KUB
Namun, di balik berkah ini, ada tantangan yang harus dihadapi. Harga pasokan dari petani turut melonjak akibat permintaan tinggi. “Kami hanya mengikuti harga dari pemasok. Kalau dari sananya naik, kami juga harus menyesuaikan,” jelas Dwi.
Bunga ziarah bukan sekadar komoditas. Ia membawa doa, harapan, dan ingatan tentang mereka yang telah pergi. Di Jalan Mawar, harga boleh naik, tapi semangat untuk merawat tradisi tetap tumbuh seperti kelopak-kelopak yang bermekaran.